Berbicara Islam dengan Indonesia ibarat membicarakan dua hal yang sudah melekat satu sama lain. Islam memang telah menjadi agama mayoritas yang dipeluk oleh masyarakat Indonesia sejak lama. Terutama oleh para pedagang dari Arab, India, Cina, dan juga para intelektual yang mempelajari Islam hingga ke luar negeri di masa lampau Islam pun berkembang di Indonesia hingga bisa menjadi seperti yang ada pada saat ini. Dan dengan posisi Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial dan budaya yang luhur menjadikan masuknya Islam semakin melengkapi keberadaan Indonesia sebagai sebuah wilayah dengan peradaban yang tinggi.
Namun sayang belakangan nilai-nilai Islam sudah tidak lagi menjadi sesuatu yang populer bagi kalangan generasi muda. Mengapa bisa terjadi hal demikian? Jawabannya adalah karena adanya globalisasi budaya yang sedang berkembang pada zaman ini. Di masa kini batas antara satu negara dengan negara yang lain sudah semakin tidak jelas. Termasuk batas budaya yang sebelumnya begitu kontras antara negara-negara Barat dengan negara-negara Timur. Hingga begitu mudahnya budaya asing masuk ke dalam negeri ini Bahkan semakin tahun banyak nilai-nilai Islam yang terkikis karena arus globalisasi yang begitu deras terutama dengan masuknya budaya Barat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Istilah yang biasanya digunakan untuk penyebutan budaya Barat yang kemudian berkembang ini adalah budaya pop.
Budaya pop sendiri sebagai sebuah produk dari negara Barat memang banyak yang bertabrakan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam. Budaya pop yang pada saat ini berkembang adalah bentuk budaya pop yang begitu mengedepankan hedonisme, konsumerisme, dan individualisme yang kesemuanya itu ditolak oleh Islam karena jelas bertentangan dengan prinsip dalam Islam yang mengedepankan kearifan, kesederhanaan, dan juga rasa kebersamaan. Dan media massa menjadi lahan subur berkembangnya budaya pop dalam kehidupan sehari-hari dari masyarakat. Dalam media cetak maupun media elektronik, bentuk-bentuk dari budaya pop ini dengan gencarnya dipublikasikan. Apa yang saat ini dipakai oleh orang Inggris juga dapat dilihat dipakai oleh orang Suriname atau siapa yang sedang dikagumi di Amerika Serikat juga diakui di Afrika Selatan. Begitulah kira-kira gambaran mengenai budaya pop tersebut. Bisa dikatakan suatu model penjajahan jenis baru yang jelas akan membahayakan negara-negara Timur terutama negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia.
Selain itu ada pula persepsi yang salah mengenai apa yang dimaksudkan dengan sesuatu yang sesuai dengan nilai keislaman. Contohnya saja di kalangan masyarakat Indonesia sendiri saat ini muncul penilaian yang berusaha mengidentifikasikan suatu musik dan lagu tertentu sebagai musik “Islami” dan “non Islami”. Hanya dengan bermodalkan penampilan yang dikatakan “Islami” seperti memakai baju gamis, koko, dan semacamnya, juga dengan menambahkan nama-nama Tuhan dalam lirik lagunya, maka lagu atau penyanyi tersebut dapat dikatakan “Islami”. Bahkan muncul anggapan lain yang lebih ekstrim yaitu adanya yang menyamakan proses “Arabisasi” dengan “Islamisasi” yaitu ketika suatu musik diiringi dengan alat musik khas Arab yaitu gambus, kemudian liriknya berbahasa arab, dianggap sebagai musik yang “Islami” sementara jenis musik yang berada di luar itu dianggap tidak “Islami”. Penilaian tersebut tidak hanya keliru, melainkan menyebabkan kita tercerabut dari akar kebudayaan kita sendiri. Keislaman bukan terletak pada bentuk dan penampilan (ekspresi) melainkan substansinya.
Jadi apa yang sebenarnya terjadi pada bangsa ini adalah krisis moral. Ketika nilai-nilai luhur agama dan budaya timur tergerus akhirnya mengakibatkan bangsa ini sebagai bangsa yang tidak memiliki kepribadian. Ketika agama tidak lebih menjadi sekedar simbolisasi yang terbatas pada bentuk ritus ibadah seperti sholat namun esensinya dan bahkan penerapannya dalam kehidupan sama sekali tidak ada. Belum lagi ketika seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, yaitu ada kesalahan persepsi dalam melihat agama akibat minimnya pengetahuan tentang agama menjadikan kita semakin berada dalam kondisi yang menyedihkan.
Efeknya dapat kita lihat sekarang dimana semakin beraninya generasi-generasi muda dalam pergaulannya entah itu dari gaya berpakaian maupun gaya hidupnya. Selain itu juga di kalangan elit pemerintahan sendiri korupsi seperti menjadi sebuah makanan pokok dikarenakan rendahnya moral mereka sehingga dengan mudahnya dan tanpa rasa bersalah sedikit pun mereka memakan apa yang sebenarnya tidak menjadi hak bagi mereka. Dan setelah itu semua akhirnya kita menjadi bangsa yang benar-benar miskin harta dan moral.
Ada beberapa solusi yang bisa diterapkan untuk masa depan yang lebih baik. Pendidikan Islam sejak dini merupakan sebuah langkah preventif untuk menghindari masa depan bangsa yang lebih suram lagi dari sekarang. Dengan berbagai bentuk penyesuaian pendidikan Islam tidak akan lagi dianggap sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman karena konsepnya yang terlalu kuno. Penting bagi generasi-generasi muda muslim untuk dijaga supaya tetap berada pada koridor yang benar sehingga ketika dewasa nanti mereka akan menjadi generasi cemerlang yang menjamin kemajuan agama, bangsa, dan negaranya.
Sementara untuk upaya yang bisa dilakukan oleh kita sendiri adalah dengan meminjam konsep 3 M yang dicetuskan oleh salahsatu dai Indonesia yaitu Aa Gym, untuk mewujudkan masyarakat yang Islami. Yang pertama adalah harus dimulai dari diri sendiri. Dengan memulai dari diri sendiri ini kita memulai langkah awal untuk mewujudkan masyarakat Islami tersebut. Lihatlah bagaimana kita berperilaku setiap hari. Selalu melihat apa sebenarnya kesalahan yang kita perbuat untuk diintrospeksi. Lalu harus ada motivasi dari dalam diri untuk selalu menjadi lebih baik dan lebih baik lagi di masa yang akan datang. Kemudian yang kedua adalah mulai dari hal yang paling kecil. Dalam hal ini sembari kita melakukan perubahan dalam diri menuju ke arah yang lebih baik, kita juga harus berupaya untuk menyebarkannya seperti ke lingkungan terdekat kita yaitu keluarga. Langkah ini merupakan upaya untuk menyebarkan apa yang kita harapkan tersebut yakni mewujudkan sebuah masyarakat yang Islami. Dengan cara-cara yang sederhana saja tanpa perlu berkesan menggurui. Hingga lama kelamaan akan membekas dan kemudian akan mengalami perkembangan dengan sendirinya. Bahkan tidak hanya di lingkungan keluarga, akan terus menyebar jika tetap konsisten. Dan yang ketiga adalah tentu saja harus memulainya dari sekarang. Tidak ada kata menunda ketika kita sudah memiliki niatan yang baik. Termasuk juga untuk mewujudkan hal tersebut. Semakin cepat hal tersebut dilakukan maka semakin besar juga kemungkinan untuk hal tersebut bisa semakin menyebar.
Memang sangat normatif kedengarannya dan jelas untuk mewujudkan dan melaksanakan hal tersebut tidaklah akan menjadi sesuatu yang mudah. Namun begitu bahwa mewujudkan suatu masyarakat yang Islami tersebut memang merupakan kewajiban bagi kita semua dan ketika kita bisa konsisten, pasti jalan menuju hal tersebut akan dimudahkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar