Bukan kah dari Sabang sampai Merauke begitu banyaknya keanekaragaman hayati, baik itu flora maupun fauna yang dimilki negeri ini. Amat besar potensi yang telah dimiliki oleh negeri yang katanya zamrud khatulistiwa ini. Begitu banyaknya potensi gas alam di Aceh, luasnya hutan tropis di Kalimantan yang merupakan paru-paru dunia, banyaknya Timah di Bangka Belitung, dan masi banyak tertimbun Emas,perak, dan kekayaan alam lainnya di Bumi Pertiwi bagian Timur, yakni Papua. Selain itu sebenarnya masih banyak lagi kekayaan alam yang belum tereksplorasi dan masi terdapat di negeri ini. Namun pada realitas yang terjadi sekarang ini amat disayangkan ternyata masih ada sekitar 100 juta rakyat kita yang masih hidup berada pada garis kemiskinan dan masih banyak lagi yang berada di bawahnya (Okezone,18/8/2009). Bagaimana mungkin di negeri yang sekaya Indonesia ini, masih saja ada orang-orang yang mati kelaparan dan kekurangan gizi hanya karena tidak memeiliki uang utuk membeli sesuap nasi.
Bukanlah salah negeri ini yang tidak bisa membuat rakyatnya menjadi sejahtera, bukanlah salah negeri ini yang membuat terjadinya bencana alam dimana-mana. Tapi yang salah adalah manusianya itu sendiri yang telah lalai dalam mengelola negeri ini. Bahkan dalam Al-Quran pun Allah SWT telah menegur kita dengan firman-Nya yang berbunyi “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut oleh karena tangan-tangan manusia itu sendiri”. Dari potongan ayat tersebut, maka sudah sepatutnya kita mentadaburi isi makna dari ayat tersebut. Dan sudah seharusnya kini, kita beraksi untuk menjaga kelestarian bumi yang tengah kita pijak ini untuk keberlangsungan hidup anak dan cucu kita. Setelah sekian banyak bencana yang menerpa negeri kita ini, mulai dari Tsunami di Aceh, banjir bandang di Wasior, Gunung meletus di Magelang, dan masih banyak lagi bencana yang dating silih berganti menguji kesabaran dari Sang Ibu Pertiwi ini. Dari sekian banyak bencana tersebut yang silih berganti kini diperparah lagi oleh para pemimpin dari negeri ini yang akhlaqnya kian hari kian merosot menuju titik membatunya qalbu untuk menerima segala kebenaran dari-Nya.
Masih hangat diingatan kita tingkah laku dari salah seorang anggota dewan yang terhormat yang notabene nya berasal dari partai yang berasaskan Islam, namun tidak mencerminkan Islam dalam prilakunya tersebut di saat sidang. Bagaimana mungkin ketika rekan-rekan sejawatnya yang sedang memperjuangkan aspirasi dari rakyat dalam sidang, akan tetapi sang anggota dewan yang dimaksud tersebut malah dengan asiknya bermain dengan Gadget barunya di ruang sidang ketika sidang masi berlangsung, namun yang lebih parahnya lagi sang anggota dewan tersebut malah menonton film porno. Sungguh naudzubillah, semoga anggota dewan tersebut segera taubat dan memperbaiki ke khilafannya itu.
Disisi lain, meskipun negeri ini memiliki banyak potensi alam yang sangat potensial untuk menambah pundi-pundi kas negara dan dapat mensejahterakan rakyat. Namun amat disayangkan, pengelolaan kekayaan alam tersebut secara tidak bijaksana diberikan oleh para pemimpin negeri ini kepada pihak Asing. Sehingga rakyatnya sendiri tidak dapat menikmati kekayaan alam tersebut di negeri yang katanya zamrud khatulistiwa ini.
Dari sekian banyak masalah dan cobaan yang datang silih berganti tersebut, hanya ada satu solusi yang dapat mewakili semua solusi yang ada dalam menyelamatakan Indonesia yang kondisinya dapat dianalogikan layaknya telur di ujung tanduk seperti yang tengah terjadi sekarang ini. Sudah saatnya syariah Islam ditegakan dalam tata kelola pemerintah yang ada di Indonesia ini dengan merujuk pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Terlepas dari bentuk dari system pemerintahan yang seperti apa, entah itu khalifah, entah itu berdasarkan konsep negara kota, atau berdasarkan sistem apapun. Yang jelas aturan-aturan dan hukum Islam haruslah ditegakan di bumi Indonesia ini karena jangan sampai kita mengambil sumber hukum lain dan mengabaikan hukum Islam yang nyatanya dapat mensejahterakan umat.
Namun nyatanya syariah Islam itu sendiri pada masa kekiniaan di tolak oleh umat Islam itu sendiri dengan dalih majemuknya masyarakat yang ada di Indonesia. Sedangkan sepengetahuan saya sendiri jikalau syariah Islam itu diterapkan di Indonesia, maka tidaklah diharuskan seseorang yang non-islam untuk masuk ke agama islam. Karena dalam islam itu sendiri tidak ada paksaan dalam memeluknya, namun memang harus dipaksa dalam hal pelaksanaan ketika kita menerima kebenarannya. Hal itu dengan tujuan amar ma’ruf nahi mungkar terhadap sesama umat Islam. Perlu diperjelas kembali jikalau negeri Indonesia ini menerapkan dan yang lebih penting mempraktikan syariah Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya, maka tidak akan ada lagi kekayaan alam yang dimiliki oleh pihak asing, karena dalam Islam semua hajat hidup orang banyak wajib dikuasai negara dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Sehingga rakyat di negeri ini pun menjadi sejahtera. Bahkan Allah pun telah menjanjikan dengan firman-Nya dalam surat Al-A’raaf (7):96 yang berbunyi
“Jikalau penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami azab mereka disebabkan perbuatannya sendiri.”
Sudahlah jelas dari sekian banyak problematika yang kini melanda Indonesia, maka sudah saatnya para penghuni di negeri Indonesia ini menerapkan Al-Quran dan Al-Hadits sebagai pedoman hidupnya dan mempraktikan dalam kehidupan di kesehariannya. Agar negeri Indonesia ini menjadi negeri yang diberkahi oleh Allah. Sehingga rakyatnya hidup sejahtera dan diridhoi oleh-Nya. Aaamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar