Pages

Ads 468x60px

Rabu, 07 Desember 2011

Mari Kita Kaya oleh Ibnu Nashr ALfarabi (Departemen Ekonomi//Ilmu Administrasi Negara 2011)

Membicarakan masalah yang terjadi di Indonesia seperti berlayar di samudera yang luas dengan cara mendayung di sebuah perahu sampan yang kecil. Tidak pernah sampai pada pesisir dan juga sangat melelahkan. Masalah di Indonesia jika dilihat dari kacamata budaya organisasi dalam pemahaman asumsi dasar, terjadi karena belum menyatunya konsep ideologi dengan budaya di kehidupan sehari-hari. Konsep pancasila masih sebatas nilai namun belum menyatu dalam asumsi dasar yang membudaya sehingga kehadirannya barulah sampai pada titik penyampaian bukan kesadaran. Dengan kalimat lain, pancasila bukanlah hasil budaya asli bangsa Indonesia, melainkan hanya value yang dibawa oleh para Founding Fathers.

Berbeda dengan pancasila, konsep Islam dengan tegas membawa perubahan mulai dari konsep asumsi hingga ke pola hidup keseharian. Syahadat merupakan asumsi dasarnya dan syari’at adalah pola hidup kesehariannya. Keduanya berorientasikan ketaatan kepada Allah SWT. Islam dengan segala kesempurnaan menampilkan benteng kesejahteraan bagi seluruh umat manusia (Rahmatan Lil’alamin). Islam yang begitu sempurna,bisa kita lihat ketika hendak melakukan sesuatu, ada doa yang mesti kita panjatkan kepadaNya sebagai sebuah bentuk ketaatan dalam kehidupan sehari-hari. Saat mau makan kita berdoa, mau berpakaian kita juga berdoa bahkan mau tidurpun kita diharuskan untuk berdoa dan inilah yang tidak ada di agama lain sekaligus meyakinkan, bahwa Islam adalah Agama multidimensi yang mencakup seluruh bidang. Kesempurnaan Islam juga terlihat ketika Islam mampu mengatur berbagai bidang kehidupan lainnya seperti di bidang sosial, politik, hukum, dan ekonomi. semua itu diatur tanpa terkecuali.

Di zaman Abu Bakar r.a , Khalifah Islam yang pertama setelah wafatnya Rasulullah SAW, Beliau pernah mengatakan “Apabila pasar dikuasai masjid, maka pasar akan makmur. Namun jika masjid dikuasai pasar maka pasar akan bangkrut”. Dari kalimat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa masjid haruslah menguasai pasar. Artinya hanya dengan ekonomi Islamlah pasar akan makmur. Namun sebaliknya jika pasar yang menguasai masjid maka pasar akan menjadi mati, dan hal ini benar-benar terjadi sekarang, dimana ekonomi dunia seluruhnya dikuasai oleh pasar/sistem merkantilisme.

Yang menyedihkan, umat Islam saat ini ternyata tidak menguasai keduanya baik masjid maupun pasar. Di masjid kita kalah (karena sedikitnya yang datang untuk memakmurkan masjid), dan di pasar kita kacau balau (terbukti bahwa sebagian besar orang Islam adalah orang miskin). Padahal Rasulullah mengajarkan kita untuk menguasai keduanya. Dulu saat ekonomi di mekah dikuasai oleh kaum yahudi dengan ekonomi riba’nya, Rasulullah mengutus dua sahabat dekat sekaligus saudagar kaya pada zaman itu yaitu Usman bin Affan dan Abdurrahman bi Auf untuk menguasai pasar dan menghapuskan sistem riba’. Keduanya berhasil menjalankan tugas tersebut dengan baik. Hal ini mengisyaratkan kepada kita untuk menguasai sistem pasar dan kewajiban untuk menjadi orang kaya. Karena mustahil tanpa kekayaan, kedua sahabat Rasulullah tadi bisa menguasai ekonomi mekah dan menggantikannya dengan ekonomi Islam.
Umat Islam saat ini terjebak pada pemikiran bahwa kita tidak perlu kaya, yang penting bertaqwa kepada Allah. Pemikiran tersebut jelas salah. karena dengan kekayaanlah kita bisa dekat dengan Allah, soalnya miskin itu dekat dengan kekufuran. Dengan kaya juga kita sukses dalam berdakwah, seperti yang dicontohkan oleh kedua sahabat Rosul tadi. Orang kaya cenderung akan lebih didengar perkataannya. Orang kaya juga lebih dicontoh oleh masyarakat sehingga dakwah yang disampaikan akan lebih mengena di hati orang banyak.

Orang yang malas untuk kaya selalu bilang bahwa Rasulullah itu orang miskin, bukan orang kaya. Apakah memang benar begitu? Ternyata tidak. Rasulullah itu orang kaya, hanya saja Beliau menghabiskan seluruh kekayaannya di jalan Allah. Di usia mudanya Ia sudah menjadi enterpreneur yang sukses. Beliau berdagang hingga ke yastrib dan memperoleh keuntungan yang besar dari hasil berdagangnya. Khadijah ra terpikat kepada Rasulullah karena selain jujur, Beliau juga hebat dalam mengembangkan usaha bisnisnya. Mahar yang diberikan Rasulullah ketika menikahi Khadijah adalah 200 unta merah yang kalau di kurskan sekarang bisa sekitar 2 Milyar rupiah. Kalau saat ini ada seorang pria yang membayar mahar pernikahan wanita dengan uang sebesar itu tidak bisa dibayangkan betapa sulitnya wanita tersebut untuk tidak merasa bahagia. Hanya dengan kekayaanlah kita bisa bangkit dari keterpurukan. Konon katanya ekonomi sebuah negara akan bangkit ketika jumlah Enterpreneurnya sudah mencapai 2% dari jumlah penduduk seluruhnya. Tapi sayang, saat ini di Indonesia enterpreneurnya masih dibawah kisaran 1%.

Maka yang perlu kita lakukan sekarang hanyalah 2 hal. Pertama kita memakmurkan masjid dan yang kedua kita menguasai pasar, dengan jalan menjadi seorang Enterpreneur (pedagang). Insya Allah dengan 2 hal tersebut minimal bisa menjadi sebuah solusi atas permasalahan umat Islam saat ini dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Nah pertanyaannya sekarang, sudah siapkah kita untuk jatuh kaya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About