Jika kita coba merenungi gambaran kasus di atas, di akhir masa hidup kita akan timbul pertanyaan ‘generasi seperti apakah yang akan menggantikan kita kelak untuk mengurusi bumi ini?’ apakah generasi yang baik yang menjaga sesama dan lingkungan sekitar atau sebaliknya?. Dapat dipastikan pribadi generasi selanjutnya dipengaruhi oleh generasi saat ini. Dan disinilah peran penting kaderisasi.
Kaderisasi adalah proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Kader merupakan orang yang diharapkan akan memegang peranan penting di dalam pemerintahan, partai, ormas, dan sebagainya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI)
Kaderisasi menurut islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas khairu ummah, umat terbaik. Ini sesuai dengan seruan Allah dalam Al-Qur’an.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran : 110)
Dari kedua pengertian di atas, terlihat bahwa kaderisasi menurut Islam tidak terbatas pada dimensi organisasi tetapi lebih luas dari itu semua. Bahkan kaderisasi dalam Islam menjadi tugas yang mulia untuk membentuk pribadi yang Rabbani dengan karakteristik umat terbaik. Kaderisasi dalam islam dibingkai dalam aktivitas dakwah dan tarbiyah. Dakwah adalah aktivitas menyeru kepada kebaikan, orang yang telah terpanggil untuk berbuat kebaikan kemudian diarahkan untuk proses pendidikan (tarbiyah).
Islam begitu memperhatikan dan mementingkan proses kaderisasi umat ini. Pendidikan orang tua kepada anaknya merupakan salah satu bentuk kecil kaderisasi. Bagaimana orang tua membentuk anaknya menjadi pribadi yang baik, soleh dan siap memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Mengkader umat menjadi hal yang penting dan utama di tengah situasi umat saat ini -umat yang terlihat disorientasi, jauh dari agama, hedonis, dan suka membuat kerusakan. Jika hal ini dibiarkan dan tidak ada generasi yang meluruskan serta mampu mengkadernya dengan baik, dapat dibayangkan 10 tahun kemudian bumi ini berisi orang-orang yang jauh dari karakter pribadi yang soleh, kekacauan dan kerusakan akan menjadi santapan utama tiap harinya. Dan pada dasarnya kitalah yang bertanggungjawab atas ini semua, dengan predikat da’i yang melekat pada kita,
Subjek yang melakukan proses kaderisasi (seorang da’i) harus telah melalui proses kaderisasi yang baik sebelumnya dan telah dinilai mampu dalam membentuk seseorang sesuai dengan tujuan awal pengkaderan. Karena tidak dapat dipungkiri kunci sukses sebuah kaderisasi berada pada subjek pengkader (red. Da’i). Pengkaderan atau aktivitas dakwah ini kita akui bukanlah tugas yang mudah. Ketidakmudahan ini yang sering kali membuat orang enggan melakukan pengkaderan. Namun bukan berarti boleh dihindari juga, karena dakwah disamping menantang sekaligus merupakan tugas yang mulia. Dengan demikian amanah ini mesti dilaksanakan dengan kerja keras, sungguh-sungguh dan perencanaan yang matang.
Pengkaderan atau pembentukan umat yang baik, telah dicontohkan oleh tauladan kita, kekasih Allah, Rasulullah saw. Bagaimana di tangan beliau lahirlah sosok Abu Bakar As Sidiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lain-lain. Sahabat-sahabat tersebut memperlihatkan kebersihan aqidahnya, kelurusan ibadahnya, dan kecemerlangan akhlaknya. Bukti dari itu semua adalah suksesnya mereka dalam menjadi khalifah. Meskipun banyak tantangan yang menghampiri, namun dengan izin Allah semuanya dapat diatasi.
Pengkaderan pun butuh kesabaran, karena tak mudah membentuk orang yang memiliki rasa egois dan harga diri tinggi. Hal ini terbukti ketika masa awal Rasulullah mengkader, orang yang mengikuti Rasulullah hanya 13 orang. Namun Rasulullah tetap bersabar secara proaktif membersihkan mereka dengan masa lalu, baik menyangkut pemikiran ataupun tindakan, dan mencuci otak mereka dari karat-karat yang menempel padanya berupa berbagai hal yang islami. Meluruskan aqidah mereka, meluruskan perilaku dan akhlak mereka, mengarahkan keinginan dan kecenderungan mereka, menentukan dan menjelaskan arah sasaran dan tujuan mereka. Sehingga dari ke13 orang ini mampu mengkader massa menjadi bertambah banyak dan karenanya kita saat ini mampu menikmati indahnya Islam dalam diri kita.
Tak perlu ragu dalam melakukan kaderisasi, terutama mengkader umat untuk meraih keridloan Allah SWT dan syurgaNya. Karena hal ini telah jelas merupakan sunah Rasulullah, dan barang siapa yang mengikuti sunah RasulNya, itu adalah bukti cintanya kepada Allah dan akan mendatangkan kecintaan Allah.
“katakanlah: ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian. ‘Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’” (QS. Ali ‘Imran: 31).
Dan tiada yang lebih istimewa selain kecintaan Allah kepada kita. Tanda cinta Allah digambarkan pada beberapa hadits di bawah ini,
“Sesungguhnya Allah berfirman: ‘Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku memproklamirkan perang terhadapnya. Tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan yang lebih Aku sukai daripada dengan mengerjakan ibadah yang telah Aku fardhukan atasnya. HambaKu yang senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah sunnah, niscaya Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya dia mendengar, menjadi penglihatannya yang dengannya dia melihat, menjadi tangannya yang dengannya dia berbuat, dan menjadi kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika dia meminta kepadaKu, niscaya Aku akan memberinya, dan jika dia memohon perlindungan kepadaKu, niscaya Aku melindungiNya” (HR. Bukhari)
“Jika Allah mencintai seorang hamba-Nya, Dia memberitahukan kepada Jibril: ‘Sesunguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah dia.’ Jibril pun mencintai Fulan tersebut dan selanjutnya dia berseru di kalangan penduduk langit: ‘Sesungguhnya Allah telah mencintai si Fulan, maka cintailah dia.’ Semua penduduk langit pun mencintai Fulan tersebut. Selanjutnya, semua penduduk bumi juga dijadikan mencintai Fulan tersebut.” (HR. Bukhari-Muslim)
Subhanallah sungguh Allah tidak pernah menyalahi janji Nya. Mari kita mulai memantaskan diri untuk menjalani sunah Rasul ini dan bertanggung jawab akan predikat da’I pada diri kita. Jadilah bagian dari orang-orang yang membentuk generasi penerus, melalui peran pementor, murabbi, orang tua, kakak, dan sebagainya. Cukuplah Allah yang menjadi saksi atas kerja-kerja kita.
Wallahu ‘alam. Semoga bermanfaat.
SUMBER BACAAN
pradipta-suarsyaf-mahasiswa-fmipa-itb-kembali-ke-sistem-kaderisasi-rasulullah.htm
Elfaakir 23: kaderisasi Islam (blog)
Yakan, Fathi. ISTI’AB (Meningkatkan Kapasitas Rekruimen Dakwah). 2010. Jakarta: Robbani Press.
Ringkasan Riyadhush Shalihin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar