Bismillah... hasil rapat ad hoc kali ini yaitu penetapan prasyarat calon ketua dkm FISIP UNPAD yang telah disepakati dan disahkan oleh DKM Umum yaitu sbb:
1. Telah mengikuti alur kaderisasi DKM FISIP UNPAD dengan mengikuti minimal salah satu jalur kaderisasi sebagai berikut:
- Orange Juice
- Kepanitiaan Program Kerja DKM FISIP
Dengan melampirkan tanda bukti berupa surat keterangan tertulis dari Kepala Departemen/Pejabat Atasan terkait.
2. Mengikuti Program Pembinaan Mentoring Lanjutan DKM FISIP UNPAD dengan tanda bukti surat keterangan tertulis dari pementor/murabbi ybs.
3. Mengisi dan mengumpulkan formulir pendaftaran kepada panitia Musyang DKM FISIP 2011.
4. Mengikuti proses seleksi sesuai dengan prosesur yang telah ditetapkan (meliputi penumpulan dokumen administrasi, serta mengikuti sesi Interview sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan).
5. Mampu Membaca Al Qur’an dengan lancar beserta tajwidnya.
6. Mampu menjadi imam Shalat.
7. Memiliki wawasan umum keIslaman.
8. Berperilaku Islami
9. Memiliki wawasan seputar DKM FISIP UNPAD
10. Memiliki riwayat pengalaman dan kecakapan dalam berorganisasi
11. Memiliki nilai IPK tidak kurang dari 3,25 (dengan menyertakan transkrip nilai kumulatif semester terakhir)
Keterarangan:
- Verifikasi, uji kelayakan dan kepatutan berdasarkan kriteria diatas akan dilaksanakan saat sesi Interview.
- Dokumen kelengkapan dikumpulkan pada saat sesi Interview dalam satu map berwarna hijau.
- Hasil seleksi secara keseluruhan akan diumumkan satu hari sebelum pelaksanaan Musyang. Atau selambatnya pada hari pertama penyelenggaraan Musyang.
- Kandidat yang lolos menjadi calon ketua DKM FISIP berhak diajukan sebagai ketua DKM FISIP yang dipilih, diputuskan dan ditetapkan melalui mekanisme Musyawarah Anggota (Musyang 2011)
JADWAL OPEN RECRUITMEN
Pengambilan dan Pengembalian formulir : 19 Desember 2011 – 21 Desember 2011
Screening : 21 Desember 2011
Pengumuman : 24 Desember 2011
*Pendaftaran Bakal Calon terlebih dahulu dilakukan dengan memberitahukan Via SMS/Telepon (ke Panitia Musyang) untuk meminta formulir.
CP: (Teten) 085316670317 / (Hikmah) 085286271881
formulir pendaftaran dapat diunduh disini
atau disini: http://www.4shared.com/document/fgWeS38R/formulir_pendaftaran_ketua_DKM.html?
demikian, semoga bermanfaat.. waktu persiapan hanya kurang lebih 1 hari. semoga dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. dan semoga hari esok dapat lebih baik dari hari ini..
Senin, 19 Desember 2011
prasyarat bakal calon untuk pendaftaran calon ketua DKM FISIP UNPAD 2012
Bismillah... hasil rapat ad hoc kali ini yaitu penetapan prasyarat calon ketua dkm FISIP UNPAD yang telah disepakati dan disahkan oleh DKM Umum yaitu sbb:
1. Telah mengikuti alur kaderisasi DKM FISIP UNPAD dengan mengikuti minimal salah satu jalur kaderisasi sebagai berikut:
- Orange Juice
- Kepanitiaan Program Kerja DKM FISIP
Dengan melampirkan tanda bukti berupa surat keterangan tertulis dari Kepala Departemen/Pejabat Atasan terkait.
2. Mengikuti Program Pembinaan Mentoring Lanjutan DKM FISIP UNPAD dengan tanda bukti surat keterangan tertulis dari pementor/murabbi ybs.
3. Mengisi dan mengumpulkan formulir pendaftaran kepada panitia Musyang DKM FISIP 2011.
4. Mengikuti proses seleksi sesuai dengan prosesur yang telah ditetapkan (meliputi penumpulan dokumen administrasi, serta mengikuti sesi Interview sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan).
5. Mampu Membaca Al Qur’an dengan lancar beserta tajwidnya.
6. Mampu menjadi imam Shalat.
7. Memiliki wawasan umum keIslaman.
8. Berperilaku Islami
9. Memiliki wawasan seputar DKM FISIP UNPAD
10. Memiliki riwayat pengalaman dan kecakapan dalam berorganisasi
11. Memiliki nilai IPK tidak kurang dari 3,25 (dengan menyertakan transkrip nilai kumulatif semester terakhir)
Keterarangan:
- Verifikasi, uji kelayakan dan kepatutan berdasarkan kriteria diatas akan dilaksanakan saat sesi Interview.
- Dokumen kelengkapan dikumpulkan pada saat sesi Interview dalam satu map berwarna hijau.
- Hasil seleksi secara keseluruhan akan diumumkan satu hari sebelum pelaksanaan Musyang. Atau selambatnya pada hari pertama penyelenggaraan Musyang.
- Kandidat yang lolos menjadi calon ketua DKM FISIP berhak diajukan sebagai ketua DKM FISIP yang dipilih, diputuskan dan ditetapkan melalui mekanisme Musyawarah Anggota (Musyang 2011)
JADWAL OPEN RECRUITMEN
Pengambilan dan Pengembalian formulir : 19 Desember 2011 – 21 Desember 2011
Screening : 21 Desember 2011
Pengumuman : 24 Desember 2011
*Pendaftaran Bakal Calon terlebih dahulu dilakukan dengan memberitahukan Via SMS/Telepon (ke Panitia Musyang) untuk meminta formulir.
CP: (Teten) 085316670317 / (Hikmah) 085286271881
formulir pendaftaran dapat diunduh disini
demikian, semoga bermanfaat.. waktu persiapan hanya kurang lebih 1 hari. semoga dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. dan semoga hari esok dapat lebih baik dari hari ini..
1. Telah mengikuti alur kaderisasi DKM FISIP UNPAD dengan mengikuti minimal salah satu jalur kaderisasi sebagai berikut:
- Orange Juice
- Kepanitiaan Program Kerja DKM FISIP
Dengan melampirkan tanda bukti berupa surat keterangan tertulis dari Kepala Departemen/Pejabat Atasan terkait.
2. Mengikuti Program Pembinaan Mentoring Lanjutan DKM FISIP UNPAD dengan tanda bukti surat keterangan tertulis dari pementor/murabbi ybs.
3. Mengisi dan mengumpulkan formulir pendaftaran kepada panitia Musyang DKM FISIP 2011.
4. Mengikuti proses seleksi sesuai dengan prosesur yang telah ditetapkan (meliputi penumpulan dokumen administrasi, serta mengikuti sesi Interview sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan).
5. Mampu Membaca Al Qur’an dengan lancar beserta tajwidnya.
6. Mampu menjadi imam Shalat.
7. Memiliki wawasan umum keIslaman.
8. Berperilaku Islami
9. Memiliki wawasan seputar DKM FISIP UNPAD
10. Memiliki riwayat pengalaman dan kecakapan dalam berorganisasi
11. Memiliki nilai IPK tidak kurang dari 3,25 (dengan menyertakan transkrip nilai kumulatif semester terakhir)
Keterarangan:
- Verifikasi, uji kelayakan dan kepatutan berdasarkan kriteria diatas akan dilaksanakan saat sesi Interview.
- Dokumen kelengkapan dikumpulkan pada saat sesi Interview dalam satu map berwarna hijau.
- Hasil seleksi secara keseluruhan akan diumumkan satu hari sebelum pelaksanaan Musyang. Atau selambatnya pada hari pertama penyelenggaraan Musyang.
- Kandidat yang lolos menjadi calon ketua DKM FISIP berhak diajukan sebagai ketua DKM FISIP yang dipilih, diputuskan dan ditetapkan melalui mekanisme Musyawarah Anggota (Musyang 2011)
JADWAL OPEN RECRUITMEN
Pengambilan dan Pengembalian formulir : 19 Desember 2011 – 21 Desember 2011
Screening : 21 Desember 2011
Pengumuman : 24 Desember 2011
*Pendaftaran Bakal Calon terlebih dahulu dilakukan dengan memberitahukan Via SMS/Telepon (ke Panitia Musyang) untuk meminta formulir.
CP: (Teten) 085316670317 / (Hikmah) 085286271881
formulir pendaftaran dapat diunduh disini
demikian, semoga bermanfaat.. waktu persiapan hanya kurang lebih 1 hari. semoga dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. dan semoga hari esok dapat lebih baik dari hari ini..
Kamis, 08 Desember 2011
Kaderisasi yang Mantap, Bukti Cinta Kita Pada Allah oleh Ema Analistia Rosiana (Departemen Kaderisasi//Ilmu Administrasi Negara 2008)
Di akhir masa kepengurusan sebuah organisasi, wacana yang sering timbul ke permukaan adalah ‘siapakah yang akan menggantikan posisi si fulan?’, ‘pantaskah fulan A menggantikan fulan B?’. Wacana tersebut sungguh meresahkan pengurus organisasi yang akan turun, kekhawatiran tidak adanya generasi penerus menghantui benak mereka. Bila ditanya ‘siapa yang bertanggung jawab akan kekosongan amanah yang ada?’, spontan semua mengarah pada satu bidang, yaitu “kaderisasi”. Ya, pada dasarnya memang bidang kaderisasi inilah yang memiliki tanggung jawab besar akan penyiapan kader-kader pengurus selanjutnya. Namun tidak menafikkan bahwa sebenarnya ini adalah tanggung jawab bersama.
Jika kita coba merenungi gambaran kasus di atas, di akhir masa hidup kita akan timbul pertanyaan ‘generasi seperti apakah yang akan menggantikan kita kelak untuk mengurusi bumi ini?’ apakah generasi yang baik yang menjaga sesama dan lingkungan sekitar atau sebaliknya?. Dapat dipastikan pribadi generasi selanjutnya dipengaruhi oleh generasi saat ini. Dan disinilah peran penting kaderisasi.
Kaderisasi adalah proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Kader merupakan orang yang diharapkan akan memegang peranan penting di dalam pemerintahan, partai, ormas, dan sebagainya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI)
Kaderisasi menurut islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas khairu ummah, umat terbaik. Ini sesuai dengan seruan Allah dalam Al-Qur’an.
Dari kedua pengertian di atas, terlihat bahwa kaderisasi menurut Islam tidak terbatas pada dimensi organisasi tetapi lebih luas dari itu semua. Bahkan kaderisasi dalam Islam menjadi tugas yang mulia untuk membentuk pribadi yang Rabbani dengan karakteristik umat terbaik. Kaderisasi dalam islam dibingkai dalam aktivitas dakwah dan tarbiyah. Dakwah adalah aktivitas menyeru kepada kebaikan, orang yang telah terpanggil untuk berbuat kebaikan kemudian diarahkan untuk proses pendidikan (tarbiyah).
Islam begitu memperhatikan dan mementingkan proses kaderisasi umat ini. Pendidikan orang tua kepada anaknya merupakan salah satu bentuk kecil kaderisasi. Bagaimana orang tua membentuk anaknya menjadi pribadi yang baik, soleh dan siap memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Mengkader umat menjadi hal yang penting dan utama di tengah situasi umat saat ini -umat yang terlihat disorientasi, jauh dari agama, hedonis, dan suka membuat kerusakan. Jika hal ini dibiarkan dan tidak ada generasi yang meluruskan serta mampu mengkadernya dengan baik, dapat dibayangkan 10 tahun kemudian bumi ini berisi orang-orang yang jauh dari karakter pribadi yang soleh, kekacauan dan kerusakan akan menjadi santapan utama tiap harinya. Dan pada dasarnya kitalah yang bertanggungjawab atas ini semua, dengan predikat da’i yang melekat pada kita,
Subjek yang melakukan proses kaderisasi (seorang da’i) harus telah melalui proses kaderisasi yang baik sebelumnya dan telah dinilai mampu dalam membentuk seseorang sesuai dengan tujuan awal pengkaderan. Karena tidak dapat dipungkiri kunci sukses sebuah kaderisasi berada pada subjek pengkader (red. Da’i). Pengkaderan atau aktivitas dakwah ini kita akui bukanlah tugas yang mudah. Ketidakmudahan ini yang sering kali membuat orang enggan melakukan pengkaderan. Namun bukan berarti boleh dihindari juga, karena dakwah disamping menantang sekaligus merupakan tugas yang mulia. Dengan demikian amanah ini mesti dilaksanakan dengan kerja keras, sungguh-sungguh dan perencanaan yang matang.
Pengkaderan atau pembentukan umat yang baik, telah dicontohkan oleh tauladan kita, kekasih Allah, Rasulullah saw. Bagaimana di tangan beliau lahirlah sosok Abu Bakar As Sidiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lain-lain. Sahabat-sahabat tersebut memperlihatkan kebersihan aqidahnya, kelurusan ibadahnya, dan kecemerlangan akhlaknya. Bukti dari itu semua adalah suksesnya mereka dalam menjadi khalifah. Meskipun banyak tantangan yang menghampiri, namun dengan izin Allah semuanya dapat diatasi.
Pengkaderan pun butuh kesabaran, karena tak mudah membentuk orang yang memiliki rasa egois dan harga diri tinggi. Hal ini terbukti ketika masa awal Rasulullah mengkader, orang yang mengikuti Rasulullah hanya 13 orang. Namun Rasulullah tetap bersabar secara proaktif membersihkan mereka dengan masa lalu, baik menyangkut pemikiran ataupun tindakan, dan mencuci otak mereka dari karat-karat yang menempel padanya berupa berbagai hal yang islami. Meluruskan aqidah mereka, meluruskan perilaku dan akhlak mereka, mengarahkan keinginan dan kecenderungan mereka, menentukan dan menjelaskan arah sasaran dan tujuan mereka. Sehingga dari ke13 orang ini mampu mengkader massa menjadi bertambah banyak dan karenanya kita saat ini mampu menikmati indahnya Islam dalam diri kita.
Tak perlu ragu dalam melakukan kaderisasi, terutama mengkader umat untuk meraih keridloan Allah SWT dan syurgaNya. Karena hal ini telah jelas merupakan sunah Rasulullah, dan barang siapa yang mengikuti sunah RasulNya, itu adalah bukti cintanya kepada Allah dan akan mendatangkan kecintaan Allah.
Dan tiada yang lebih istimewa selain kecintaan Allah kepada kita. Tanda cinta Allah digambarkan pada beberapa hadits di bawah ini,
Subhanallah sungguh Allah tidak pernah menyalahi janji Nya. Mari kita mulai memantaskan diri untuk menjalani sunah Rasul ini dan bertanggung jawab akan predikat da’I pada diri kita. Jadilah bagian dari orang-orang yang membentuk generasi penerus, melalui peran pementor, murabbi, orang tua, kakak, dan sebagainya. Cukuplah Allah yang menjadi saksi atas kerja-kerja kita.
Wallahu ‘alam. Semoga bermanfaat.
SUMBER BACAAN
pradipta-suarsyaf-mahasiswa-fmipa-itb-kembali-ke-sistem-kaderisasi-rasulullah.htm
Elfaakir 23: kaderisasi Islam (blog)
Yakan, Fathi. ISTI’AB (Meningkatkan Kapasitas Rekruimen Dakwah). 2010. Jakarta: Robbani Press.
Ringkasan Riyadhush Shalihin
Jika kita coba merenungi gambaran kasus di atas, di akhir masa hidup kita akan timbul pertanyaan ‘generasi seperti apakah yang akan menggantikan kita kelak untuk mengurusi bumi ini?’ apakah generasi yang baik yang menjaga sesama dan lingkungan sekitar atau sebaliknya?. Dapat dipastikan pribadi generasi selanjutnya dipengaruhi oleh generasi saat ini. Dan disinilah peran penting kaderisasi.
Kaderisasi adalah proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Kader merupakan orang yang diharapkan akan memegang peranan penting di dalam pemerintahan, partai, ormas, dan sebagainya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI)
Kaderisasi menurut islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas khairu ummah, umat terbaik. Ini sesuai dengan seruan Allah dalam Al-Qur’an.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran : 110)
Dari kedua pengertian di atas, terlihat bahwa kaderisasi menurut Islam tidak terbatas pada dimensi organisasi tetapi lebih luas dari itu semua. Bahkan kaderisasi dalam Islam menjadi tugas yang mulia untuk membentuk pribadi yang Rabbani dengan karakteristik umat terbaik. Kaderisasi dalam islam dibingkai dalam aktivitas dakwah dan tarbiyah. Dakwah adalah aktivitas menyeru kepada kebaikan, orang yang telah terpanggil untuk berbuat kebaikan kemudian diarahkan untuk proses pendidikan (tarbiyah).
Islam begitu memperhatikan dan mementingkan proses kaderisasi umat ini. Pendidikan orang tua kepada anaknya merupakan salah satu bentuk kecil kaderisasi. Bagaimana orang tua membentuk anaknya menjadi pribadi yang baik, soleh dan siap memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Mengkader umat menjadi hal yang penting dan utama di tengah situasi umat saat ini -umat yang terlihat disorientasi, jauh dari agama, hedonis, dan suka membuat kerusakan. Jika hal ini dibiarkan dan tidak ada generasi yang meluruskan serta mampu mengkadernya dengan baik, dapat dibayangkan 10 tahun kemudian bumi ini berisi orang-orang yang jauh dari karakter pribadi yang soleh, kekacauan dan kerusakan akan menjadi santapan utama tiap harinya. Dan pada dasarnya kitalah yang bertanggungjawab atas ini semua, dengan predikat da’i yang melekat pada kita,
Subjek yang melakukan proses kaderisasi (seorang da’i) harus telah melalui proses kaderisasi yang baik sebelumnya dan telah dinilai mampu dalam membentuk seseorang sesuai dengan tujuan awal pengkaderan. Karena tidak dapat dipungkiri kunci sukses sebuah kaderisasi berada pada subjek pengkader (red. Da’i). Pengkaderan atau aktivitas dakwah ini kita akui bukanlah tugas yang mudah. Ketidakmudahan ini yang sering kali membuat orang enggan melakukan pengkaderan. Namun bukan berarti boleh dihindari juga, karena dakwah disamping menantang sekaligus merupakan tugas yang mulia. Dengan demikian amanah ini mesti dilaksanakan dengan kerja keras, sungguh-sungguh dan perencanaan yang matang.
Pengkaderan atau pembentukan umat yang baik, telah dicontohkan oleh tauladan kita, kekasih Allah, Rasulullah saw. Bagaimana di tangan beliau lahirlah sosok Abu Bakar As Sidiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lain-lain. Sahabat-sahabat tersebut memperlihatkan kebersihan aqidahnya, kelurusan ibadahnya, dan kecemerlangan akhlaknya. Bukti dari itu semua adalah suksesnya mereka dalam menjadi khalifah. Meskipun banyak tantangan yang menghampiri, namun dengan izin Allah semuanya dapat diatasi.
Pengkaderan pun butuh kesabaran, karena tak mudah membentuk orang yang memiliki rasa egois dan harga diri tinggi. Hal ini terbukti ketika masa awal Rasulullah mengkader, orang yang mengikuti Rasulullah hanya 13 orang. Namun Rasulullah tetap bersabar secara proaktif membersihkan mereka dengan masa lalu, baik menyangkut pemikiran ataupun tindakan, dan mencuci otak mereka dari karat-karat yang menempel padanya berupa berbagai hal yang islami. Meluruskan aqidah mereka, meluruskan perilaku dan akhlak mereka, mengarahkan keinginan dan kecenderungan mereka, menentukan dan menjelaskan arah sasaran dan tujuan mereka. Sehingga dari ke13 orang ini mampu mengkader massa menjadi bertambah banyak dan karenanya kita saat ini mampu menikmati indahnya Islam dalam diri kita.
Tak perlu ragu dalam melakukan kaderisasi, terutama mengkader umat untuk meraih keridloan Allah SWT dan syurgaNya. Karena hal ini telah jelas merupakan sunah Rasulullah, dan barang siapa yang mengikuti sunah RasulNya, itu adalah bukti cintanya kepada Allah dan akan mendatangkan kecintaan Allah.
“katakanlah: ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian. ‘Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’” (QS. Ali ‘Imran: 31).
Dan tiada yang lebih istimewa selain kecintaan Allah kepada kita. Tanda cinta Allah digambarkan pada beberapa hadits di bawah ini,
“Sesungguhnya Allah berfirman: ‘Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku memproklamirkan perang terhadapnya. Tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan yang lebih Aku sukai daripada dengan mengerjakan ibadah yang telah Aku fardhukan atasnya. HambaKu yang senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah sunnah, niscaya Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya dia mendengar, menjadi penglihatannya yang dengannya dia melihat, menjadi tangannya yang dengannya dia berbuat, dan menjadi kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika dia meminta kepadaKu, niscaya Aku akan memberinya, dan jika dia memohon perlindungan kepadaKu, niscaya Aku melindungiNya” (HR. Bukhari)
“Jika Allah mencintai seorang hamba-Nya, Dia memberitahukan kepada Jibril: ‘Sesunguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah dia.’ Jibril pun mencintai Fulan tersebut dan selanjutnya dia berseru di kalangan penduduk langit: ‘Sesungguhnya Allah telah mencintai si Fulan, maka cintailah dia.’ Semua penduduk langit pun mencintai Fulan tersebut. Selanjutnya, semua penduduk bumi juga dijadikan mencintai Fulan tersebut.” (HR. Bukhari-Muslim)
Subhanallah sungguh Allah tidak pernah menyalahi janji Nya. Mari kita mulai memantaskan diri untuk menjalani sunah Rasul ini dan bertanggung jawab akan predikat da’I pada diri kita. Jadilah bagian dari orang-orang yang membentuk generasi penerus, melalui peran pementor, murabbi, orang tua, kakak, dan sebagainya. Cukuplah Allah yang menjadi saksi atas kerja-kerja kita.
Wallahu ‘alam. Semoga bermanfaat.
SUMBER BACAAN
pradipta-suarsyaf-mahasiswa-fmipa-itb-kembali-ke-sistem-kaderisasi-rasulullah.htm
Elfaakir 23: kaderisasi Islam (blog)
Yakan, Fathi. ISTI’AB (Meningkatkan Kapasitas Rekruimen Dakwah). 2010. Jakarta: Robbani Press.
Ringkasan Riyadhush Shalihin
Rabu, 07 Desember 2011
Kasih Orang Tua Sepanjang Jalan, Kasih Anak Sepanjang Galah oleh Rosi Marsita (Departemen Komunikasi dan Informasi//Kesejahteraan Sosial 2010)
Lanjut usia (lansia) adalah suatu gejala yang mendapatkan persepsi dengan berbagai nuansa dalam sesuatu masyarakat. Pada awalnya lansia bukanlah masalah, namun karena jumlahnya terus meningkat, akhirnya lansia juga harus mendapat perhatian yang serius. Termasuk di Indonesia, dimana jumlah lansia akan menjadi yang terbesar di dunia. Untuk itu perlu berbagai antisipasi ke depan, sehingga lansia dapat tetap dihormati, dihargai, dan diperlakukan sebagai mana mestinya. Salah satu solusi adalah bagaimana masyarakat Indonesia tetap mempertahankan nilai-nilai luhur budaya bangsa dalam menghormati dan memperhatikan lansia tersebut dengan cara mengembangkan pemahaman “saling kebergantungan” dalam keluarga “tiga dimensi” yaitu ada kakek/nenek, ayah/ibu dan anak. Dalam Harian Analisia mengatakan bahwa:
Banyak lansia terlantar dan mereka tidak bisa merasakan apa yang harus dirasakan kebanyakan para lansia misalnya dalam usia yang sudah renta, mereka dihargai, dihormati, disegani, karena pengalaman hidupnya. Tapi sekarang, Kebanyakan dari keluarga di Indonesia mengirimkan para orang tua mereka ke panti-panti jumbo, salah satu penyebabnya karena keadaan zaman yang semakin modern. Dengan salah satu cirinya adalah tingginya pendidikan para istri yang membuat para istri itu bekerja di luar rumah sehingga kewalahan bahkan tidak sempat mengurus orang tua mereka yang sudah udzur, sehingga pelayanan dalam masyarakat berupa panti jombopun menjadi alternatif lain untuk mengatasi masalah keberadaan orang tua mereka di rumah.
Mungkin keberadaan panti jumbo akan membantu jika para lansia ini adalah mereka yang tidak memiliki keluarga atau kerabat, tetapi bagaimana bagi mereka yang masih memiliki anak cucu atau saudara?. Padahal kita tahu bahwa keadaan dipanti tidaklah sebaik keadaan di rumah sendiri. Mereka harus beradaptasi dengan lingkungan baru, diasuh oleh bukan siapa-siapa mereka, dan semakin merasa kesepian karena dipanti jumbo itu mereka bertemu sesamanya yang sama-sama senasib sehingga tidak ada panutan untuk merasa lebih baik. Padahal karena kebanyakan dari orang tua adalah mereka merasa kesepian karena merasa diri tidak produktif lagi, tidak berguna lagi dan bahkan merasa menyesal karena sudah menjadi tua, seharusnya kita sebagi anak atau kerabatnya dapat mengurangi rasa kesepiannya itu dan menemaninya di masa tuanya atau sebagai ajang amal ibadah kita untuk berbakti kepada mereka karena sudah mengurus kita sewaktu kecil.
Sedangkan dalam islam sudah jelas bahwa kita dianjurkan untuk berbakti kepada kedua orang tua apabila mereka sudah udzur, sebagaimana dalam Q.S Al Israa’, 17:23 yang artinya:
Dalam islam, jangankan untuk berbuat tidak menyenagkan kepada orang tua kita, bahkan berbicarapun harus dijaga dan bicara “ah” saja dilarang dalam al-qur’an. Lalu bagaimana perbuatan kita memasukan para orang tua kita yang sidah udzur ke panti jombo? Akankah membuat hati beliau tersakiti apalagi sampai beliau merasa dibuang dan keberadaannya tidak diinginkan?.
Allah SWT melanjutkan ayat ini dengan mengingatkan kita bahwa orang tua harus mendapat perlakuan baik mengingat mereka telah memelihara, mendidik, dan mengajarkan kita berbagai hal dengan sebaik-baiknya, dengan penuh kasih-sayang, dan melakukan berbagai pengorbanan demi anak-anaknya.
Kasih ibu sepanjang jalan kasih anak sepanjang galah, mungkin peribasaha ini memang tepat menggambarkan kondisi zaman sekarang dimana seorang anak kebanyakan memasukkan orang tua mereka ke panti jumbo. Sadarkah kita saat kita masih kecil, begitu banyak tingkah-tingkah kita yang mungkin membuat orang tua kita jengkel bahkan kesal tetapi apa yang mereka lakukan?, Mereka tetap memberi segala kebutuhan kita, mengasuh kita dan menjadikan kita seperti ini, lalu apa yang bias kita berikan??
Dalam (Q.S Luqman, 31:14) Alllah berfirman:
Tiada alasan lain untuk kita tidak berbuat baik kepada orang tua kita. Bahkan semua kebaikan kita tidak bisa membalas jasa-jasa orang tua kita......
Wallohua’lam
“Solo, (Analisa). Menteri Sosial (Mensos) Dr H Salim Segaf Al-Jufri MA mengatakan, sampai saat ini masih ada sebanyak 6,2 juta anak dan lansia terlantar yang belum bisa ditangani oleh Pemerintah, dan untuk mengatasi masalah sosial tersebut perlu kerja sama semua masyarakat secara gotong royong. "Sebanyak 6,2 juta anak dan lanjut usia (lansia) terlantar itu terdiri dari 4,5 juta anak-anak terlantar, dan 1,7 juta lansia terlantar yang tersebar di berbagai daerah di tanah air ini," kata Mensos Salim Segaf Al-Jufri ketika berkunjung ke Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Solo, Jumat.”
Banyak lansia terlantar dan mereka tidak bisa merasakan apa yang harus dirasakan kebanyakan para lansia misalnya dalam usia yang sudah renta, mereka dihargai, dihormati, disegani, karena pengalaman hidupnya. Tapi sekarang, Kebanyakan dari keluarga di Indonesia mengirimkan para orang tua mereka ke panti-panti jumbo, salah satu penyebabnya karena keadaan zaman yang semakin modern. Dengan salah satu cirinya adalah tingginya pendidikan para istri yang membuat para istri itu bekerja di luar rumah sehingga kewalahan bahkan tidak sempat mengurus orang tua mereka yang sudah udzur, sehingga pelayanan dalam masyarakat berupa panti jombopun menjadi alternatif lain untuk mengatasi masalah keberadaan orang tua mereka di rumah.
Mungkin keberadaan panti jumbo akan membantu jika para lansia ini adalah mereka yang tidak memiliki keluarga atau kerabat, tetapi bagaimana bagi mereka yang masih memiliki anak cucu atau saudara?. Padahal kita tahu bahwa keadaan dipanti tidaklah sebaik keadaan di rumah sendiri. Mereka harus beradaptasi dengan lingkungan baru, diasuh oleh bukan siapa-siapa mereka, dan semakin merasa kesepian karena dipanti jumbo itu mereka bertemu sesamanya yang sama-sama senasib sehingga tidak ada panutan untuk merasa lebih baik. Padahal karena kebanyakan dari orang tua adalah mereka merasa kesepian karena merasa diri tidak produktif lagi, tidak berguna lagi dan bahkan merasa menyesal karena sudah menjadi tua, seharusnya kita sebagi anak atau kerabatnya dapat mengurangi rasa kesepiannya itu dan menemaninya di masa tuanya atau sebagai ajang amal ibadah kita untuk berbakti kepada mereka karena sudah mengurus kita sewaktu kecil.
Sedangkan dalam islam sudah jelas bahwa kita dianjurkan untuk berbakti kepada kedua orang tua apabila mereka sudah udzur, sebagaimana dalam Q.S Al Israa’, 17:23 yang artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.
Dalam islam, jangankan untuk berbuat tidak menyenagkan kepada orang tua kita, bahkan berbicarapun harus dijaga dan bicara “ah” saja dilarang dalam al-qur’an. Lalu bagaimana perbuatan kita memasukan para orang tua kita yang sidah udzur ke panti jombo? Akankah membuat hati beliau tersakiti apalagi sampai beliau merasa dibuang dan keberadaannya tidak diinginkan?.
Allah SWT melanjutkan ayat ini dengan mengingatkan kita bahwa orang tua harus mendapat perlakuan baik mengingat mereka telah memelihara, mendidik, dan mengajarkan kita berbagai hal dengan sebaik-baiknya, dengan penuh kasih-sayang, dan melakukan berbagai pengorbanan demi anak-anaknya.
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’, 17:24)
Kasih ibu sepanjang jalan kasih anak sepanjang galah, mungkin peribasaha ini memang tepat menggambarkan kondisi zaman sekarang dimana seorang anak kebanyakan memasukkan orang tua mereka ke panti jumbo. Sadarkah kita saat kita masih kecil, begitu banyak tingkah-tingkah kita yang mungkin membuat orang tua kita jengkel bahkan kesal tetapi apa yang mereka lakukan?, Mereka tetap memberi segala kebutuhan kita, mengasuh kita dan menjadikan kita seperti ini, lalu apa yang bias kita berikan??
Dalam (Q.S Luqman, 31:14) Alllah berfirman:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Tiada alasan lain untuk kita tidak berbuat baik kepada orang tua kita. Bahkan semua kebaikan kita tidak bisa membalas jasa-jasa orang tua kita......
Wallohua’lam
Islam sebagai Solusi Permasalahan Indonesia : Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai Pedoman dalam Tata Kelola di Pemerintahan oleh Muhammad Irfan Ilmy (Departemen Ilmy//Ilmu Pemerintahan 2010)
Sungguh miris memang ketika kita melihat realitas yang ada di Indonesia pada saat ini. Negeri yang katanya zamrud khatulistiwa ini nyatanya tidak lagi dapat memberikan kekayaan alamnya untuk kesejahteraan dari sebagian besar rakyatnya.
Bukan kah dari Sabang sampai Merauke begitu banyaknya keanekaragaman hayati, baik itu flora maupun fauna yang dimilki negeri ini. Amat besar potensi yang telah dimiliki oleh negeri yang katanya zamrud khatulistiwa ini. Begitu banyaknya potensi gas alam di Aceh, luasnya hutan tropis di Kalimantan yang merupakan paru-paru dunia, banyaknya Timah di Bangka Belitung, dan masi banyak tertimbun Emas,perak, dan kekayaan alam lainnya di Bumi Pertiwi bagian Timur, yakni Papua. Selain itu sebenarnya masih banyak lagi kekayaan alam yang belum tereksplorasi dan masi terdapat di negeri ini. Namun pada realitas yang terjadi sekarang ini amat disayangkan ternyata masih ada sekitar 100 juta rakyat kita yang masih hidup berada pada garis kemiskinan dan masih banyak lagi yang berada di bawahnya (Okezone,18/8/2009). Bagaimana mungkin di negeri yang sekaya Indonesia ini, masih saja ada orang-orang yang mati kelaparan dan kekurangan gizi hanya karena tidak memeiliki uang utuk membeli sesuap nasi.
Bukanlah salah negeri ini yang tidak bisa membuat rakyatnya menjadi sejahtera, bukanlah salah negeri ini yang membuat terjadinya bencana alam dimana-mana. Tapi yang salah adalah manusianya itu sendiri yang telah lalai dalam mengelola negeri ini. Bahkan dalam Al-Quran pun Allah SWT telah menegur kita dengan firman-Nya yang berbunyi “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut oleh karena tangan-tangan manusia itu sendiri”. Dari potongan ayat tersebut, maka sudah sepatutnya kita mentadaburi isi makna dari ayat tersebut. Dan sudah seharusnya kini, kita beraksi untuk menjaga kelestarian bumi yang tengah kita pijak ini untuk keberlangsungan hidup anak dan cucu kita. Setelah sekian banyak bencana yang menerpa negeri kita ini, mulai dari Tsunami di Aceh, banjir bandang di Wasior, Gunung meletus di Magelang, dan masih banyak lagi bencana yang dating silih berganti menguji kesabaran dari Sang Ibu Pertiwi ini. Dari sekian banyak bencana tersebut yang silih berganti kini diperparah lagi oleh para pemimpin dari negeri ini yang akhlaqnya kian hari kian merosot menuju titik membatunya qalbu untuk menerima segala kebenaran dari-Nya.
Masih hangat diingatan kita tingkah laku dari salah seorang anggota dewan yang terhormat yang notabene nya berasal dari partai yang berasaskan Islam, namun tidak mencerminkan Islam dalam prilakunya tersebut di saat sidang. Bagaimana mungkin ketika rekan-rekan sejawatnya yang sedang memperjuangkan aspirasi dari rakyat dalam sidang, akan tetapi sang anggota dewan yang dimaksud tersebut malah dengan asiknya bermain dengan Gadget barunya di ruang sidang ketika sidang masi berlangsung, namun yang lebih parahnya lagi sang anggota dewan tersebut malah menonton film porno. Sungguh naudzubillah, semoga anggota dewan tersebut segera taubat dan memperbaiki ke khilafannya itu.
Disisi lain, meskipun negeri ini memiliki banyak potensi alam yang sangat potensial untuk menambah pundi-pundi kas negara dan dapat mensejahterakan rakyat. Namun amat disayangkan, pengelolaan kekayaan alam tersebut secara tidak bijaksana diberikan oleh para pemimpin negeri ini kepada pihak Asing. Sehingga rakyatnya sendiri tidak dapat menikmati kekayaan alam tersebut di negeri yang katanya zamrud khatulistiwa ini.
Dari sekian banyak masalah dan cobaan yang datang silih berganti tersebut, hanya ada satu solusi yang dapat mewakili semua solusi yang ada dalam menyelamatakan Indonesia yang kondisinya dapat dianalogikan layaknya telur di ujung tanduk seperti yang tengah terjadi sekarang ini. Sudah saatnya syariah Islam ditegakan dalam tata kelola pemerintah yang ada di Indonesia ini dengan merujuk pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Terlepas dari bentuk dari system pemerintahan yang seperti apa, entah itu khalifah, entah itu berdasarkan konsep negara kota, atau berdasarkan sistem apapun. Yang jelas aturan-aturan dan hukum Islam haruslah ditegakan di bumi Indonesia ini karena jangan sampai kita mengambil sumber hukum lain dan mengabaikan hukum Islam yang nyatanya dapat mensejahterakan umat.
Namun nyatanya syariah Islam itu sendiri pada masa kekiniaan di tolak oleh umat Islam itu sendiri dengan dalih majemuknya masyarakat yang ada di Indonesia. Sedangkan sepengetahuan saya sendiri jikalau syariah Islam itu diterapkan di Indonesia, maka tidaklah diharuskan seseorang yang non-islam untuk masuk ke agama islam. Karena dalam islam itu sendiri tidak ada paksaan dalam memeluknya, namun memang harus dipaksa dalam hal pelaksanaan ketika kita menerima kebenarannya. Hal itu dengan tujuan amar ma’ruf nahi mungkar terhadap sesama umat Islam. Perlu diperjelas kembali jikalau negeri Indonesia ini menerapkan dan yang lebih penting mempraktikan syariah Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya, maka tidak akan ada lagi kekayaan alam yang dimiliki oleh pihak asing, karena dalam Islam semua hajat hidup orang banyak wajib dikuasai negara dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Sehingga rakyat di negeri ini pun menjadi sejahtera. Bahkan Allah pun telah menjanjikan dengan firman-Nya dalam surat Al-A’raaf (7):96 yang berbunyi
Sudahlah jelas dari sekian banyak problematika yang kini melanda Indonesia, maka sudah saatnya para penghuni di negeri Indonesia ini menerapkan Al-Quran dan Al-Hadits sebagai pedoman hidupnya dan mempraktikan dalam kehidupan di kesehariannya. Agar negeri Indonesia ini menjadi negeri yang diberkahi oleh Allah. Sehingga rakyatnya hidup sejahtera dan diridhoi oleh-Nya. Aaamiin...
Bukan kah dari Sabang sampai Merauke begitu banyaknya keanekaragaman hayati, baik itu flora maupun fauna yang dimilki negeri ini. Amat besar potensi yang telah dimiliki oleh negeri yang katanya zamrud khatulistiwa ini. Begitu banyaknya potensi gas alam di Aceh, luasnya hutan tropis di Kalimantan yang merupakan paru-paru dunia, banyaknya Timah di Bangka Belitung, dan masi banyak tertimbun Emas,perak, dan kekayaan alam lainnya di Bumi Pertiwi bagian Timur, yakni Papua. Selain itu sebenarnya masih banyak lagi kekayaan alam yang belum tereksplorasi dan masi terdapat di negeri ini. Namun pada realitas yang terjadi sekarang ini amat disayangkan ternyata masih ada sekitar 100 juta rakyat kita yang masih hidup berada pada garis kemiskinan dan masih banyak lagi yang berada di bawahnya (Okezone,18/8/2009). Bagaimana mungkin di negeri yang sekaya Indonesia ini, masih saja ada orang-orang yang mati kelaparan dan kekurangan gizi hanya karena tidak memeiliki uang utuk membeli sesuap nasi.
Bukanlah salah negeri ini yang tidak bisa membuat rakyatnya menjadi sejahtera, bukanlah salah negeri ini yang membuat terjadinya bencana alam dimana-mana. Tapi yang salah adalah manusianya itu sendiri yang telah lalai dalam mengelola negeri ini. Bahkan dalam Al-Quran pun Allah SWT telah menegur kita dengan firman-Nya yang berbunyi “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut oleh karena tangan-tangan manusia itu sendiri”. Dari potongan ayat tersebut, maka sudah sepatutnya kita mentadaburi isi makna dari ayat tersebut. Dan sudah seharusnya kini, kita beraksi untuk menjaga kelestarian bumi yang tengah kita pijak ini untuk keberlangsungan hidup anak dan cucu kita. Setelah sekian banyak bencana yang menerpa negeri kita ini, mulai dari Tsunami di Aceh, banjir bandang di Wasior, Gunung meletus di Magelang, dan masih banyak lagi bencana yang dating silih berganti menguji kesabaran dari Sang Ibu Pertiwi ini. Dari sekian banyak bencana tersebut yang silih berganti kini diperparah lagi oleh para pemimpin dari negeri ini yang akhlaqnya kian hari kian merosot menuju titik membatunya qalbu untuk menerima segala kebenaran dari-Nya.
Masih hangat diingatan kita tingkah laku dari salah seorang anggota dewan yang terhormat yang notabene nya berasal dari partai yang berasaskan Islam, namun tidak mencerminkan Islam dalam prilakunya tersebut di saat sidang. Bagaimana mungkin ketika rekan-rekan sejawatnya yang sedang memperjuangkan aspirasi dari rakyat dalam sidang, akan tetapi sang anggota dewan yang dimaksud tersebut malah dengan asiknya bermain dengan Gadget barunya di ruang sidang ketika sidang masi berlangsung, namun yang lebih parahnya lagi sang anggota dewan tersebut malah menonton film porno. Sungguh naudzubillah, semoga anggota dewan tersebut segera taubat dan memperbaiki ke khilafannya itu.
Disisi lain, meskipun negeri ini memiliki banyak potensi alam yang sangat potensial untuk menambah pundi-pundi kas negara dan dapat mensejahterakan rakyat. Namun amat disayangkan, pengelolaan kekayaan alam tersebut secara tidak bijaksana diberikan oleh para pemimpin negeri ini kepada pihak Asing. Sehingga rakyatnya sendiri tidak dapat menikmati kekayaan alam tersebut di negeri yang katanya zamrud khatulistiwa ini.
Dari sekian banyak masalah dan cobaan yang datang silih berganti tersebut, hanya ada satu solusi yang dapat mewakili semua solusi yang ada dalam menyelamatakan Indonesia yang kondisinya dapat dianalogikan layaknya telur di ujung tanduk seperti yang tengah terjadi sekarang ini. Sudah saatnya syariah Islam ditegakan dalam tata kelola pemerintah yang ada di Indonesia ini dengan merujuk pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Terlepas dari bentuk dari system pemerintahan yang seperti apa, entah itu khalifah, entah itu berdasarkan konsep negara kota, atau berdasarkan sistem apapun. Yang jelas aturan-aturan dan hukum Islam haruslah ditegakan di bumi Indonesia ini karena jangan sampai kita mengambil sumber hukum lain dan mengabaikan hukum Islam yang nyatanya dapat mensejahterakan umat.
Namun nyatanya syariah Islam itu sendiri pada masa kekiniaan di tolak oleh umat Islam itu sendiri dengan dalih majemuknya masyarakat yang ada di Indonesia. Sedangkan sepengetahuan saya sendiri jikalau syariah Islam itu diterapkan di Indonesia, maka tidaklah diharuskan seseorang yang non-islam untuk masuk ke agama islam. Karena dalam islam itu sendiri tidak ada paksaan dalam memeluknya, namun memang harus dipaksa dalam hal pelaksanaan ketika kita menerima kebenarannya. Hal itu dengan tujuan amar ma’ruf nahi mungkar terhadap sesama umat Islam. Perlu diperjelas kembali jikalau negeri Indonesia ini menerapkan dan yang lebih penting mempraktikan syariah Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya, maka tidak akan ada lagi kekayaan alam yang dimiliki oleh pihak asing, karena dalam Islam semua hajat hidup orang banyak wajib dikuasai negara dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Sehingga rakyat di negeri ini pun menjadi sejahtera. Bahkan Allah pun telah menjanjikan dengan firman-Nya dalam surat Al-A’raaf (7):96 yang berbunyi
“Jikalau penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami azab mereka disebabkan perbuatannya sendiri.”
Sudahlah jelas dari sekian banyak problematika yang kini melanda Indonesia, maka sudah saatnya para penghuni di negeri Indonesia ini menerapkan Al-Quran dan Al-Hadits sebagai pedoman hidupnya dan mempraktikan dalam kehidupan di kesehariannya. Agar negeri Indonesia ini menjadi negeri yang diberkahi oleh Allah. Sehingga rakyatnya hidup sejahtera dan diridhoi oleh-Nya. Aaamiin...
Mari Kita Kaya oleh Ibnu Nashr ALfarabi (Departemen Ekonomi//Ilmu Administrasi Negara 2011)
Membicarakan masalah yang terjadi di Indonesia seperti berlayar di samudera yang luas dengan cara mendayung di sebuah perahu sampan yang kecil. Tidak pernah sampai pada pesisir dan juga sangat melelahkan. Masalah di Indonesia jika dilihat dari kacamata budaya organisasi dalam pemahaman asumsi dasar, terjadi karena belum menyatunya konsep ideologi dengan budaya di kehidupan sehari-hari. Konsep pancasila masih sebatas nilai namun belum menyatu dalam asumsi dasar yang membudaya sehingga kehadirannya barulah sampai pada titik penyampaian bukan kesadaran. Dengan kalimat lain, pancasila bukanlah hasil budaya asli bangsa Indonesia, melainkan hanya value yang dibawa oleh para Founding Fathers.
Berbeda dengan pancasila, konsep Islam dengan tegas membawa perubahan mulai dari konsep asumsi hingga ke pola hidup keseharian. Syahadat merupakan asumsi dasarnya dan syari’at adalah pola hidup kesehariannya. Keduanya berorientasikan ketaatan kepada Allah SWT. Islam dengan segala kesempurnaan menampilkan benteng kesejahteraan bagi seluruh umat manusia (Rahmatan Lil’alamin). Islam yang begitu sempurna,bisa kita lihat ketika hendak melakukan sesuatu, ada doa yang mesti kita panjatkan kepadaNya sebagai sebuah bentuk ketaatan dalam kehidupan sehari-hari. Saat mau makan kita berdoa, mau berpakaian kita juga berdoa bahkan mau tidurpun kita diharuskan untuk berdoa dan inilah yang tidak ada di agama lain sekaligus meyakinkan, bahwa Islam adalah Agama multidimensi yang mencakup seluruh bidang. Kesempurnaan Islam juga terlihat ketika Islam mampu mengatur berbagai bidang kehidupan lainnya seperti di bidang sosial, politik, hukum, dan ekonomi. semua itu diatur tanpa terkecuali.
Di zaman Abu Bakar r.a , Khalifah Islam yang pertama setelah wafatnya Rasulullah SAW, Beliau pernah mengatakan “Apabila pasar dikuasai masjid, maka pasar akan makmur. Namun jika masjid dikuasai pasar maka pasar akan bangkrut”. Dari kalimat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa masjid haruslah menguasai pasar. Artinya hanya dengan ekonomi Islamlah pasar akan makmur. Namun sebaliknya jika pasar yang menguasai masjid maka pasar akan menjadi mati, dan hal ini benar-benar terjadi sekarang, dimana ekonomi dunia seluruhnya dikuasai oleh pasar/sistem merkantilisme.
Yang menyedihkan, umat Islam saat ini ternyata tidak menguasai keduanya baik masjid maupun pasar. Di masjid kita kalah (karena sedikitnya yang datang untuk memakmurkan masjid), dan di pasar kita kacau balau (terbukti bahwa sebagian besar orang Islam adalah orang miskin). Padahal Rasulullah mengajarkan kita untuk menguasai keduanya. Dulu saat ekonomi di mekah dikuasai oleh kaum yahudi dengan ekonomi riba’nya, Rasulullah mengutus dua sahabat dekat sekaligus saudagar kaya pada zaman itu yaitu Usman bin Affan dan Abdurrahman bi Auf untuk menguasai pasar dan menghapuskan sistem riba’. Keduanya berhasil menjalankan tugas tersebut dengan baik. Hal ini mengisyaratkan kepada kita untuk menguasai sistem pasar dan kewajiban untuk menjadi orang kaya. Karena mustahil tanpa kekayaan, kedua sahabat Rasulullah tadi bisa menguasai ekonomi mekah dan menggantikannya dengan ekonomi Islam.
Umat Islam saat ini terjebak pada pemikiran bahwa kita tidak perlu kaya, yang penting bertaqwa kepada Allah. Pemikiran tersebut jelas salah. karena dengan kekayaanlah kita bisa dekat dengan Allah, soalnya miskin itu dekat dengan kekufuran. Dengan kaya juga kita sukses dalam berdakwah, seperti yang dicontohkan oleh kedua sahabat Rosul tadi. Orang kaya cenderung akan lebih didengar perkataannya. Orang kaya juga lebih dicontoh oleh masyarakat sehingga dakwah yang disampaikan akan lebih mengena di hati orang banyak.
Orang yang malas untuk kaya selalu bilang bahwa Rasulullah itu orang miskin, bukan orang kaya. Apakah memang benar begitu? Ternyata tidak. Rasulullah itu orang kaya, hanya saja Beliau menghabiskan seluruh kekayaannya di jalan Allah. Di usia mudanya Ia sudah menjadi enterpreneur yang sukses. Beliau berdagang hingga ke yastrib dan memperoleh keuntungan yang besar dari hasil berdagangnya. Khadijah ra terpikat kepada Rasulullah karena selain jujur, Beliau juga hebat dalam mengembangkan usaha bisnisnya. Mahar yang diberikan Rasulullah ketika menikahi Khadijah adalah 200 unta merah yang kalau di kurskan sekarang bisa sekitar 2 Milyar rupiah. Kalau saat ini ada seorang pria yang membayar mahar pernikahan wanita dengan uang sebesar itu tidak bisa dibayangkan betapa sulitnya wanita tersebut untuk tidak merasa bahagia. Hanya dengan kekayaanlah kita bisa bangkit dari keterpurukan. Konon katanya ekonomi sebuah negara akan bangkit ketika jumlah Enterpreneurnya sudah mencapai 2% dari jumlah penduduk seluruhnya. Tapi sayang, saat ini di Indonesia enterpreneurnya masih dibawah kisaran 1%.
Maka yang perlu kita lakukan sekarang hanyalah 2 hal. Pertama kita memakmurkan masjid dan yang kedua kita menguasai pasar, dengan jalan menjadi seorang Enterpreneur (pedagang). Insya Allah dengan 2 hal tersebut minimal bisa menjadi sebuah solusi atas permasalahan umat Islam saat ini dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Nah pertanyaannya sekarang, sudah siapkah kita untuk jatuh kaya?
Berbeda dengan pancasila, konsep Islam dengan tegas membawa perubahan mulai dari konsep asumsi hingga ke pola hidup keseharian. Syahadat merupakan asumsi dasarnya dan syari’at adalah pola hidup kesehariannya. Keduanya berorientasikan ketaatan kepada Allah SWT. Islam dengan segala kesempurnaan menampilkan benteng kesejahteraan bagi seluruh umat manusia (Rahmatan Lil’alamin). Islam yang begitu sempurna,bisa kita lihat ketika hendak melakukan sesuatu, ada doa yang mesti kita panjatkan kepadaNya sebagai sebuah bentuk ketaatan dalam kehidupan sehari-hari. Saat mau makan kita berdoa, mau berpakaian kita juga berdoa bahkan mau tidurpun kita diharuskan untuk berdoa dan inilah yang tidak ada di agama lain sekaligus meyakinkan, bahwa Islam adalah Agama multidimensi yang mencakup seluruh bidang. Kesempurnaan Islam juga terlihat ketika Islam mampu mengatur berbagai bidang kehidupan lainnya seperti di bidang sosial, politik, hukum, dan ekonomi. semua itu diatur tanpa terkecuali.
Di zaman Abu Bakar r.a , Khalifah Islam yang pertama setelah wafatnya Rasulullah SAW, Beliau pernah mengatakan “Apabila pasar dikuasai masjid, maka pasar akan makmur. Namun jika masjid dikuasai pasar maka pasar akan bangkrut”. Dari kalimat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa masjid haruslah menguasai pasar. Artinya hanya dengan ekonomi Islamlah pasar akan makmur. Namun sebaliknya jika pasar yang menguasai masjid maka pasar akan menjadi mati, dan hal ini benar-benar terjadi sekarang, dimana ekonomi dunia seluruhnya dikuasai oleh pasar/sistem merkantilisme.
Yang menyedihkan, umat Islam saat ini ternyata tidak menguasai keduanya baik masjid maupun pasar. Di masjid kita kalah (karena sedikitnya yang datang untuk memakmurkan masjid), dan di pasar kita kacau balau (terbukti bahwa sebagian besar orang Islam adalah orang miskin). Padahal Rasulullah mengajarkan kita untuk menguasai keduanya. Dulu saat ekonomi di mekah dikuasai oleh kaum yahudi dengan ekonomi riba’nya, Rasulullah mengutus dua sahabat dekat sekaligus saudagar kaya pada zaman itu yaitu Usman bin Affan dan Abdurrahman bi Auf untuk menguasai pasar dan menghapuskan sistem riba’. Keduanya berhasil menjalankan tugas tersebut dengan baik. Hal ini mengisyaratkan kepada kita untuk menguasai sistem pasar dan kewajiban untuk menjadi orang kaya. Karena mustahil tanpa kekayaan, kedua sahabat Rasulullah tadi bisa menguasai ekonomi mekah dan menggantikannya dengan ekonomi Islam.
Umat Islam saat ini terjebak pada pemikiran bahwa kita tidak perlu kaya, yang penting bertaqwa kepada Allah. Pemikiran tersebut jelas salah. karena dengan kekayaanlah kita bisa dekat dengan Allah, soalnya miskin itu dekat dengan kekufuran. Dengan kaya juga kita sukses dalam berdakwah, seperti yang dicontohkan oleh kedua sahabat Rosul tadi. Orang kaya cenderung akan lebih didengar perkataannya. Orang kaya juga lebih dicontoh oleh masyarakat sehingga dakwah yang disampaikan akan lebih mengena di hati orang banyak.
Orang yang malas untuk kaya selalu bilang bahwa Rasulullah itu orang miskin, bukan orang kaya. Apakah memang benar begitu? Ternyata tidak. Rasulullah itu orang kaya, hanya saja Beliau menghabiskan seluruh kekayaannya di jalan Allah. Di usia mudanya Ia sudah menjadi enterpreneur yang sukses. Beliau berdagang hingga ke yastrib dan memperoleh keuntungan yang besar dari hasil berdagangnya. Khadijah ra terpikat kepada Rasulullah karena selain jujur, Beliau juga hebat dalam mengembangkan usaha bisnisnya. Mahar yang diberikan Rasulullah ketika menikahi Khadijah adalah 200 unta merah yang kalau di kurskan sekarang bisa sekitar 2 Milyar rupiah. Kalau saat ini ada seorang pria yang membayar mahar pernikahan wanita dengan uang sebesar itu tidak bisa dibayangkan betapa sulitnya wanita tersebut untuk tidak merasa bahagia. Hanya dengan kekayaanlah kita bisa bangkit dari keterpurukan. Konon katanya ekonomi sebuah negara akan bangkit ketika jumlah Enterpreneurnya sudah mencapai 2% dari jumlah penduduk seluruhnya. Tapi sayang, saat ini di Indonesia enterpreneurnya masih dibawah kisaran 1%.
Maka yang perlu kita lakukan sekarang hanyalah 2 hal. Pertama kita memakmurkan masjid dan yang kedua kita menguasai pasar, dengan jalan menjadi seorang Enterpreneur (pedagang). Insya Allah dengan 2 hal tersebut minimal bisa menjadi sebuah solusi atas permasalahan umat Islam saat ini dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Nah pertanyaannya sekarang, sudah siapkah kita untuk jatuh kaya?
Bismillahirrahmanirrahiim... oleh Muhammad Hadiyan Abshar (Wakil Ketua DKM FISIP Unpad//Kesejahteraan Sosial 2009)
Bismillahirrahmanirrahiim...
Lampu-lampu mulai menyala mengiringi kepergian sang mentari yang mulai tenggelam di sisi barat gedung-gedung pencakar langit. Ya daerah khusus ibukota Jakarta kini sudah berganti langit yang tadinya lembayung oranye kini sudah gelap namun tampak terang karena lampu ibu kota telah menyala. Saya berjalan menapaki trotoar jalan raya yang mulai tak rapih, saya berjalan dengan rasa gundah dan miris melihat seorang anak kecil sedang tertidur hanya dengan berselimutkan sarung kusam namun tak jauh darinya ada seorang anak kecil yang sedang tertidur pulas di dalam sebuah mobil mewah dengan berselimutkan kain tebal. “Ah memang nasib itu tidak adil” mungkin yang tergambarkan dalam benak bocah bersarung kusam. Itu fenomena malam yang kerap dijumpai. Akan tetapi berbeda di siang hari, ketika matahari sedang teriknya, banyak anak kecil yang mengemis, mengamen atau berjualan sesuatu di lampu merah jalan ibu kota dengan ditemani sengatan sinar matahari yang membakar kulit, disisi lain ibu kota terdapat fenomena yang berbalik 180 derajat, dimana anak kecil sedang asik bermain dengan mainan hadiah dari orang tua yang harganya sampai jutaan rupiah.
Yaa itulah fenomena miris dan mengherankan, kenapa hal tersebut dapat terjadi di negeri yang katanya pertumbuhan ekonominya stabil, di negeri yang katanya sumber daya alamnya melimpah, di negeri yang katanya jika gali sumur yang keluar dalah minyak bumi, di negeri yang katanya banyak gunung-gunung emas, di negeri yang katanya jamrud khatulistiwa. Sungguh ironi ketika masih banyak rakyat Indonesia bingung esok akan makan apa, namun pemimpinnya malah asik foya-foya. Sebenarnya apa yang sedang terjadi di negeri ini? Sebenarnya negeri ini sedang dilanda syndrome apa? Begeri ini sedang ditimpa musibah apa? Sehingga fenomena-fenomena seperti itulah yang kita jumpai.
Tampaknya baik level terbawah dan teratas elemen masyarakat negeri ini sudah tak lagi mempunyai landasan hidup yang kuat dan mengakar. Pada level atas elemen masyarakat kita sudah tak lagi memiliki integritas yang baik, diperparah dengan tak ada kegigihan hidup di level bawah elemen masyarakat Indonesia. Kita lihat fakta yang berbicara bukan hanya sekedar argument retorika tanpa landasan data yang ada. Pemimpin sudah tak lagi memikirkan kelangsungan hidup rakyat jelata, mereka sibuk memperkaya diri tanpa melihat ke kanan, kiri, dan kebawah, bahwasannya masih banyak pribadi yang sakit jiwa karena tekanan hidup yang begitu berat. Begitu pula dengan rakyat jelata yang semakin banyak memilih jalan singkat dengan pergi ke dukun, menjajakan harga diri, mengemis belas kasihan orang lain. Ternyata permasalahan negeri ini sudah kompleks. Apakah solusi untuk itu semua? Adakah jaminan Indonesia dapat kembali menjadi macan Asia?
Kesemrawutan sistem hampir terjadi di semua lini, kehancuran generasi bukanlah pemandangan yang taka sing dihapir semua negeri. Kerusakan budaya bukan lagi hal yang membuat semua orang peduli. Kenapa semua ini bisa terjadi? Dan salah siapakah semua itu?. Nampaknya pertanyaan-pertanyaan diatas layak kita renungkan. Bukankah awal dari semua yang diciptakan ini baik. Dan sadarkah bahwa semua hal yang diciptakan seharusnya bisa kita jaga dengan amanah dan penuh tanggung jawab. Ada apa dengan manusia kontemporer yang sejatinya semakin lama semakin berpikir atau mungkinkah manusia sudah menjadi budak syahwat. Tak perlu dijawabpun pasti semua orang tahu jawabannya.
Sekarang mari kita ambil cacatan sejarah masa lalu untuk sekedar mengingatkan tentang arti sebuah kejayaan dan kemakmuran. Dan teropong lebih dalam tentang bagaimana orang-orang masa lalu mengatur sistem kehidupannya sehingga menjadi contoh peradaban yang merajai pada masa itu. Dan jika kita putar balik waktu, islam lah yang menjadi raja dari semua dinasti sebelum kekhilafahan turki utsmani dirobohkan oleh para sekuler biadab. Lihatlah dan renungilah masa-masa itu. Apakah ada sebuah celah kebobrokan ketika islam memimpin dunia?. Apakah penjajahan dan pembantaian terjadi disebagian negeri?. Jawabannya adalah tidak. Berarti dengan bukti-bukti akurat tadi, islamlah solusi yang paling tepat untuk memperbaiki kehancuran sistem yang terjadi di dunia ini.
Sungguh luar biasa, bagaimana jika islam kita gunakan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan ke-indonesiaan. Dunia saja yang begitu luas bisa beres ketika islam berjaya. Apalagi Indonesia yang memiliki territorial sempit disbanding dunia yang besar ini, sungguh ironi negara yang di-cap sebagai negara yang mayoritas islam terbesar, ternyata menurut penelitian dalam pengamalan ke-islamannya menduduki posisi ke-140 dan kita kalah dengan New Zealand yang menduduki posisi pertama di dunia dalam pengamalan ke-islamannya. Padahal kita tahu New Zealand bukanlah negara mayoritas beragama muslim atau kebanyakan penduduknya beragama non-muslim.
Jadi mari kita mengevaluasi penerapan lima kata tersebut (islam-red) dalam kehidupan sehari-hari. jika memang belum atau jauh dari kata sempurna, maka sudah sepatutnya kita berlomba-lomba menegakkan ad-dienul Islam dalam hati, jiwa dan raga ini. Maka pemimpin adil bukan hanya menjadi dongeng pengantar tidur belaka dan rakyat gigih menjalani hidup tidak hanya menjadi angan-angan yang terus mengawang di benak kita.
Lampu-lampu mulai menyala mengiringi kepergian sang mentari yang mulai tenggelam di sisi barat gedung-gedung pencakar langit. Ya daerah khusus ibukota Jakarta kini sudah berganti langit yang tadinya lembayung oranye kini sudah gelap namun tampak terang karena lampu ibu kota telah menyala. Saya berjalan menapaki trotoar jalan raya yang mulai tak rapih, saya berjalan dengan rasa gundah dan miris melihat seorang anak kecil sedang tertidur hanya dengan berselimutkan sarung kusam namun tak jauh darinya ada seorang anak kecil yang sedang tertidur pulas di dalam sebuah mobil mewah dengan berselimutkan kain tebal. “Ah memang nasib itu tidak adil” mungkin yang tergambarkan dalam benak bocah bersarung kusam. Itu fenomena malam yang kerap dijumpai. Akan tetapi berbeda di siang hari, ketika matahari sedang teriknya, banyak anak kecil yang mengemis, mengamen atau berjualan sesuatu di lampu merah jalan ibu kota dengan ditemani sengatan sinar matahari yang membakar kulit, disisi lain ibu kota terdapat fenomena yang berbalik 180 derajat, dimana anak kecil sedang asik bermain dengan mainan hadiah dari orang tua yang harganya sampai jutaan rupiah.
Yaa itulah fenomena miris dan mengherankan, kenapa hal tersebut dapat terjadi di negeri yang katanya pertumbuhan ekonominya stabil, di negeri yang katanya sumber daya alamnya melimpah, di negeri yang katanya jika gali sumur yang keluar dalah minyak bumi, di negeri yang katanya banyak gunung-gunung emas, di negeri yang katanya jamrud khatulistiwa. Sungguh ironi ketika masih banyak rakyat Indonesia bingung esok akan makan apa, namun pemimpinnya malah asik foya-foya. Sebenarnya apa yang sedang terjadi di negeri ini? Sebenarnya negeri ini sedang dilanda syndrome apa? Begeri ini sedang ditimpa musibah apa? Sehingga fenomena-fenomena seperti itulah yang kita jumpai.
Tampaknya baik level terbawah dan teratas elemen masyarakat negeri ini sudah tak lagi mempunyai landasan hidup yang kuat dan mengakar. Pada level atas elemen masyarakat kita sudah tak lagi memiliki integritas yang baik, diperparah dengan tak ada kegigihan hidup di level bawah elemen masyarakat Indonesia. Kita lihat fakta yang berbicara bukan hanya sekedar argument retorika tanpa landasan data yang ada. Pemimpin sudah tak lagi memikirkan kelangsungan hidup rakyat jelata, mereka sibuk memperkaya diri tanpa melihat ke kanan, kiri, dan kebawah, bahwasannya masih banyak pribadi yang sakit jiwa karena tekanan hidup yang begitu berat. Begitu pula dengan rakyat jelata yang semakin banyak memilih jalan singkat dengan pergi ke dukun, menjajakan harga diri, mengemis belas kasihan orang lain. Ternyata permasalahan negeri ini sudah kompleks. Apakah solusi untuk itu semua? Adakah jaminan Indonesia dapat kembali menjadi macan Asia?
Kesemrawutan sistem hampir terjadi di semua lini, kehancuran generasi bukanlah pemandangan yang taka sing dihapir semua negeri. Kerusakan budaya bukan lagi hal yang membuat semua orang peduli. Kenapa semua ini bisa terjadi? Dan salah siapakah semua itu?. Nampaknya pertanyaan-pertanyaan diatas layak kita renungkan. Bukankah awal dari semua yang diciptakan ini baik. Dan sadarkah bahwa semua hal yang diciptakan seharusnya bisa kita jaga dengan amanah dan penuh tanggung jawab. Ada apa dengan manusia kontemporer yang sejatinya semakin lama semakin berpikir atau mungkinkah manusia sudah menjadi budak syahwat. Tak perlu dijawabpun pasti semua orang tahu jawabannya.
Sekarang mari kita ambil cacatan sejarah masa lalu untuk sekedar mengingatkan tentang arti sebuah kejayaan dan kemakmuran. Dan teropong lebih dalam tentang bagaimana orang-orang masa lalu mengatur sistem kehidupannya sehingga menjadi contoh peradaban yang merajai pada masa itu. Dan jika kita putar balik waktu, islam lah yang menjadi raja dari semua dinasti sebelum kekhilafahan turki utsmani dirobohkan oleh para sekuler biadab. Lihatlah dan renungilah masa-masa itu. Apakah ada sebuah celah kebobrokan ketika islam memimpin dunia?. Apakah penjajahan dan pembantaian terjadi disebagian negeri?. Jawabannya adalah tidak. Berarti dengan bukti-bukti akurat tadi, islamlah solusi yang paling tepat untuk memperbaiki kehancuran sistem yang terjadi di dunia ini.
Sungguh luar biasa, bagaimana jika islam kita gunakan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan ke-indonesiaan. Dunia saja yang begitu luas bisa beres ketika islam berjaya. Apalagi Indonesia yang memiliki territorial sempit disbanding dunia yang besar ini, sungguh ironi negara yang di-cap sebagai negara yang mayoritas islam terbesar, ternyata menurut penelitian dalam pengamalan ke-islamannya menduduki posisi ke-140 dan kita kalah dengan New Zealand yang menduduki posisi pertama di dunia dalam pengamalan ke-islamannya. Padahal kita tahu New Zealand bukanlah negara mayoritas beragama muslim atau kebanyakan penduduknya beragama non-muslim.
Jadi mari kita mengevaluasi penerapan lima kata tersebut (islam-red) dalam kehidupan sehari-hari. jika memang belum atau jauh dari kata sempurna, maka sudah sepatutnya kita berlomba-lomba menegakkan ad-dienul Islam dalam hati, jiwa dan raga ini. Maka pemimpin adil bukan hanya menjadi dongeng pengantar tidur belaka dan rakyat gigih menjalani hidup tidak hanya menjadi angan-angan yang terus mengawang di benak kita.
Selasa, 06 Desember 2011
Perbaikan Moral Sebagai Langkah Untuk Mewujudkan Kembali Kemajuan Bangsa oleh Army Nur Almucahdinatria (Departemen Kesektariatan//Hubungan Internasional 2009)
Berbicara Islam dengan Indonesia ibarat membicarakan dua hal yang sudah melekat satu sama lain. Islam memang telah menjadi agama mayoritas yang dipeluk oleh masyarakat Indonesia sejak lama. Terutama oleh para pedagang dari Arab, India, Cina, dan juga para intelektual yang mempelajari Islam hingga ke luar negeri di masa lampau Islam pun berkembang di Indonesia hingga bisa menjadi seperti yang ada pada saat ini. Dan dengan posisi Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial dan budaya yang luhur menjadikan masuknya Islam semakin melengkapi keberadaan Indonesia sebagai sebuah wilayah dengan peradaban yang tinggi.
Namun sayang belakangan nilai-nilai Islam sudah tidak lagi menjadi sesuatu yang populer bagi kalangan generasi muda. Mengapa bisa terjadi hal demikian? Jawabannya adalah karena adanya globalisasi budaya yang sedang berkembang pada zaman ini. Di masa kini batas antara satu negara dengan negara yang lain sudah semakin tidak jelas. Termasuk batas budaya yang sebelumnya begitu kontras antara negara-negara Barat dengan negara-negara Timur. Hingga begitu mudahnya budaya asing masuk ke dalam negeri ini Bahkan semakin tahun banyak nilai-nilai Islam yang terkikis karena arus globalisasi yang begitu deras terutama dengan masuknya budaya Barat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Istilah yang biasanya digunakan untuk penyebutan budaya Barat yang kemudian berkembang ini adalah budaya pop.
Budaya pop sendiri sebagai sebuah produk dari negara Barat memang banyak yang bertabrakan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam. Budaya pop yang pada saat ini berkembang adalah bentuk budaya pop yang begitu mengedepankan hedonisme, konsumerisme, dan individualisme yang kesemuanya itu ditolak oleh Islam karena jelas bertentangan dengan prinsip dalam Islam yang mengedepankan kearifan, kesederhanaan, dan juga rasa kebersamaan. Dan media massa menjadi lahan subur berkembangnya budaya pop dalam kehidupan sehari-hari dari masyarakat. Dalam media cetak maupun media elektronik, bentuk-bentuk dari budaya pop ini dengan gencarnya dipublikasikan. Apa yang saat ini dipakai oleh orang Inggris juga dapat dilihat dipakai oleh orang Suriname atau siapa yang sedang dikagumi di Amerika Serikat juga diakui di Afrika Selatan. Begitulah kira-kira gambaran mengenai budaya pop tersebut. Bisa dikatakan suatu model penjajahan jenis baru yang jelas akan membahayakan negara-negara Timur terutama negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia.
Selain itu ada pula persepsi yang salah mengenai apa yang dimaksudkan dengan sesuatu yang sesuai dengan nilai keislaman. Contohnya saja di kalangan masyarakat Indonesia sendiri saat ini muncul penilaian yang berusaha mengidentifikasikan suatu musik dan lagu tertentu sebagai musik “Islami” dan “non Islami”. Hanya dengan bermodalkan penampilan yang dikatakan “Islami” seperti memakai baju gamis, koko, dan semacamnya, juga dengan menambahkan nama-nama Tuhan dalam lirik lagunya, maka lagu atau penyanyi tersebut dapat dikatakan “Islami”. Bahkan muncul anggapan lain yang lebih ekstrim yaitu adanya yang menyamakan proses “Arabisasi” dengan “Islamisasi” yaitu ketika suatu musik diiringi dengan alat musik khas Arab yaitu gambus, kemudian liriknya berbahasa arab, dianggap sebagai musik yang “Islami” sementara jenis musik yang berada di luar itu dianggap tidak “Islami”. Penilaian tersebut tidak hanya keliru, melainkan menyebabkan kita tercerabut dari akar kebudayaan kita sendiri. Keislaman bukan terletak pada bentuk dan penampilan (ekspresi) melainkan substansinya.
Jadi apa yang sebenarnya terjadi pada bangsa ini adalah krisis moral. Ketika nilai-nilai luhur agama dan budaya timur tergerus akhirnya mengakibatkan bangsa ini sebagai bangsa yang tidak memiliki kepribadian. Ketika agama tidak lebih menjadi sekedar simbolisasi yang terbatas pada bentuk ritus ibadah seperti sholat namun esensinya dan bahkan penerapannya dalam kehidupan sama sekali tidak ada. Belum lagi ketika seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, yaitu ada kesalahan persepsi dalam melihat agama akibat minimnya pengetahuan tentang agama menjadikan kita semakin berada dalam kondisi yang menyedihkan.
Efeknya dapat kita lihat sekarang dimana semakin beraninya generasi-generasi muda dalam pergaulannya entah itu dari gaya berpakaian maupun gaya hidupnya. Selain itu juga di kalangan elit pemerintahan sendiri korupsi seperti menjadi sebuah makanan pokok dikarenakan rendahnya moral mereka sehingga dengan mudahnya dan tanpa rasa bersalah sedikit pun mereka memakan apa yang sebenarnya tidak menjadi hak bagi mereka. Dan setelah itu semua akhirnya kita menjadi bangsa yang benar-benar miskin harta dan moral.
Ada beberapa solusi yang bisa diterapkan untuk masa depan yang lebih baik. Pendidikan Islam sejak dini merupakan sebuah langkah preventif untuk menghindari masa depan bangsa yang lebih suram lagi dari sekarang. Dengan berbagai bentuk penyesuaian pendidikan Islam tidak akan lagi dianggap sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman karena konsepnya yang terlalu kuno. Penting bagi generasi-generasi muda muslim untuk dijaga supaya tetap berada pada koridor yang benar sehingga ketika dewasa nanti mereka akan menjadi generasi cemerlang yang menjamin kemajuan agama, bangsa, dan negaranya.
Sementara untuk upaya yang bisa dilakukan oleh kita sendiri adalah dengan meminjam konsep 3 M yang dicetuskan oleh salahsatu dai Indonesia yaitu Aa Gym, untuk mewujudkan masyarakat yang Islami. Yang pertama adalah harus dimulai dari diri sendiri. Dengan memulai dari diri sendiri ini kita memulai langkah awal untuk mewujudkan masyarakat Islami tersebut. Lihatlah bagaimana kita berperilaku setiap hari. Selalu melihat apa sebenarnya kesalahan yang kita perbuat untuk diintrospeksi. Lalu harus ada motivasi dari dalam diri untuk selalu menjadi lebih baik dan lebih baik lagi di masa yang akan datang. Kemudian yang kedua adalah mulai dari hal yang paling kecil. Dalam hal ini sembari kita melakukan perubahan dalam diri menuju ke arah yang lebih baik, kita juga harus berupaya untuk menyebarkannya seperti ke lingkungan terdekat kita yaitu keluarga. Langkah ini merupakan upaya untuk menyebarkan apa yang kita harapkan tersebut yakni mewujudkan sebuah masyarakat yang Islami. Dengan cara-cara yang sederhana saja tanpa perlu berkesan menggurui. Hingga lama kelamaan akan membekas dan kemudian akan mengalami perkembangan dengan sendirinya. Bahkan tidak hanya di lingkungan keluarga, akan terus menyebar jika tetap konsisten. Dan yang ketiga adalah tentu saja harus memulainya dari sekarang. Tidak ada kata menunda ketika kita sudah memiliki niatan yang baik. Termasuk juga untuk mewujudkan hal tersebut. Semakin cepat hal tersebut dilakukan maka semakin besar juga kemungkinan untuk hal tersebut bisa semakin menyebar.
Memang sangat normatif kedengarannya dan jelas untuk mewujudkan dan melaksanakan hal tersebut tidaklah akan menjadi sesuatu yang mudah. Namun begitu bahwa mewujudkan suatu masyarakat yang Islami tersebut memang merupakan kewajiban bagi kita semua dan ketika kita bisa konsisten, pasti jalan menuju hal tersebut akan dimudahkan.
Namun sayang belakangan nilai-nilai Islam sudah tidak lagi menjadi sesuatu yang populer bagi kalangan generasi muda. Mengapa bisa terjadi hal demikian? Jawabannya adalah karena adanya globalisasi budaya yang sedang berkembang pada zaman ini. Di masa kini batas antara satu negara dengan negara yang lain sudah semakin tidak jelas. Termasuk batas budaya yang sebelumnya begitu kontras antara negara-negara Barat dengan negara-negara Timur. Hingga begitu mudahnya budaya asing masuk ke dalam negeri ini Bahkan semakin tahun banyak nilai-nilai Islam yang terkikis karena arus globalisasi yang begitu deras terutama dengan masuknya budaya Barat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Istilah yang biasanya digunakan untuk penyebutan budaya Barat yang kemudian berkembang ini adalah budaya pop.
Budaya pop sendiri sebagai sebuah produk dari negara Barat memang banyak yang bertabrakan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam. Budaya pop yang pada saat ini berkembang adalah bentuk budaya pop yang begitu mengedepankan hedonisme, konsumerisme, dan individualisme yang kesemuanya itu ditolak oleh Islam karena jelas bertentangan dengan prinsip dalam Islam yang mengedepankan kearifan, kesederhanaan, dan juga rasa kebersamaan. Dan media massa menjadi lahan subur berkembangnya budaya pop dalam kehidupan sehari-hari dari masyarakat. Dalam media cetak maupun media elektronik, bentuk-bentuk dari budaya pop ini dengan gencarnya dipublikasikan. Apa yang saat ini dipakai oleh orang Inggris juga dapat dilihat dipakai oleh orang Suriname atau siapa yang sedang dikagumi di Amerika Serikat juga diakui di Afrika Selatan. Begitulah kira-kira gambaran mengenai budaya pop tersebut. Bisa dikatakan suatu model penjajahan jenis baru yang jelas akan membahayakan negara-negara Timur terutama negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia.
Selain itu ada pula persepsi yang salah mengenai apa yang dimaksudkan dengan sesuatu yang sesuai dengan nilai keislaman. Contohnya saja di kalangan masyarakat Indonesia sendiri saat ini muncul penilaian yang berusaha mengidentifikasikan suatu musik dan lagu tertentu sebagai musik “Islami” dan “non Islami”. Hanya dengan bermodalkan penampilan yang dikatakan “Islami” seperti memakai baju gamis, koko, dan semacamnya, juga dengan menambahkan nama-nama Tuhan dalam lirik lagunya, maka lagu atau penyanyi tersebut dapat dikatakan “Islami”. Bahkan muncul anggapan lain yang lebih ekstrim yaitu adanya yang menyamakan proses “Arabisasi” dengan “Islamisasi” yaitu ketika suatu musik diiringi dengan alat musik khas Arab yaitu gambus, kemudian liriknya berbahasa arab, dianggap sebagai musik yang “Islami” sementara jenis musik yang berada di luar itu dianggap tidak “Islami”. Penilaian tersebut tidak hanya keliru, melainkan menyebabkan kita tercerabut dari akar kebudayaan kita sendiri. Keislaman bukan terletak pada bentuk dan penampilan (ekspresi) melainkan substansinya.
Jadi apa yang sebenarnya terjadi pada bangsa ini adalah krisis moral. Ketika nilai-nilai luhur agama dan budaya timur tergerus akhirnya mengakibatkan bangsa ini sebagai bangsa yang tidak memiliki kepribadian. Ketika agama tidak lebih menjadi sekedar simbolisasi yang terbatas pada bentuk ritus ibadah seperti sholat namun esensinya dan bahkan penerapannya dalam kehidupan sama sekali tidak ada. Belum lagi ketika seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, yaitu ada kesalahan persepsi dalam melihat agama akibat minimnya pengetahuan tentang agama menjadikan kita semakin berada dalam kondisi yang menyedihkan.
Efeknya dapat kita lihat sekarang dimana semakin beraninya generasi-generasi muda dalam pergaulannya entah itu dari gaya berpakaian maupun gaya hidupnya. Selain itu juga di kalangan elit pemerintahan sendiri korupsi seperti menjadi sebuah makanan pokok dikarenakan rendahnya moral mereka sehingga dengan mudahnya dan tanpa rasa bersalah sedikit pun mereka memakan apa yang sebenarnya tidak menjadi hak bagi mereka. Dan setelah itu semua akhirnya kita menjadi bangsa yang benar-benar miskin harta dan moral.
Ada beberapa solusi yang bisa diterapkan untuk masa depan yang lebih baik. Pendidikan Islam sejak dini merupakan sebuah langkah preventif untuk menghindari masa depan bangsa yang lebih suram lagi dari sekarang. Dengan berbagai bentuk penyesuaian pendidikan Islam tidak akan lagi dianggap sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman karena konsepnya yang terlalu kuno. Penting bagi generasi-generasi muda muslim untuk dijaga supaya tetap berada pada koridor yang benar sehingga ketika dewasa nanti mereka akan menjadi generasi cemerlang yang menjamin kemajuan agama, bangsa, dan negaranya.
Sementara untuk upaya yang bisa dilakukan oleh kita sendiri adalah dengan meminjam konsep 3 M yang dicetuskan oleh salahsatu dai Indonesia yaitu Aa Gym, untuk mewujudkan masyarakat yang Islami. Yang pertama adalah harus dimulai dari diri sendiri. Dengan memulai dari diri sendiri ini kita memulai langkah awal untuk mewujudkan masyarakat Islami tersebut. Lihatlah bagaimana kita berperilaku setiap hari. Selalu melihat apa sebenarnya kesalahan yang kita perbuat untuk diintrospeksi. Lalu harus ada motivasi dari dalam diri untuk selalu menjadi lebih baik dan lebih baik lagi di masa yang akan datang. Kemudian yang kedua adalah mulai dari hal yang paling kecil. Dalam hal ini sembari kita melakukan perubahan dalam diri menuju ke arah yang lebih baik, kita juga harus berupaya untuk menyebarkannya seperti ke lingkungan terdekat kita yaitu keluarga. Langkah ini merupakan upaya untuk menyebarkan apa yang kita harapkan tersebut yakni mewujudkan sebuah masyarakat yang Islami. Dengan cara-cara yang sederhana saja tanpa perlu berkesan menggurui. Hingga lama kelamaan akan membekas dan kemudian akan mengalami perkembangan dengan sendirinya. Bahkan tidak hanya di lingkungan keluarga, akan terus menyebar jika tetap konsisten. Dan yang ketiga adalah tentu saja harus memulainya dari sekarang. Tidak ada kata menunda ketika kita sudah memiliki niatan yang baik. Termasuk juga untuk mewujudkan hal tersebut. Semakin cepat hal tersebut dilakukan maka semakin besar juga kemungkinan untuk hal tersebut bisa semakin menyebar.
Memang sangat normatif kedengarannya dan jelas untuk mewujudkan dan melaksanakan hal tersebut tidaklah akan menjadi sesuatu yang mudah. Namun begitu bahwa mewujudkan suatu masyarakat yang Islami tersebut memang merupakan kewajiban bagi kita semua dan ketika kita bisa konsisten, pasti jalan menuju hal tersebut akan dimudahkan.
SELAMATKAN INDONESIA DENGAN SYARIAH oleh Fahriadinata (Departemen Syiar dan Dakwah//Ilmu Pemerintahan 2009)
Indonesia menangis! Negeri yang pernah dijuluki zamrud khatulistiwa yang gemah ripah loh jinawi, kini tengah terpuruk di segala bidang. Di bidang ekonomi, Indonesia kembali menjadi kelompok negara miskin dengan GNP perkapita hanya sedikit lebih banyak dari Zimbabwe, sebuah negara miskin di Afrika, dan dengan beban utang luar biasa besar. Disebut-sebut lebih dari Rp 1400 trilyun, terdiri Rp. 742 triliun utang luar negeri dan sisanya adalah utang dalam negeri (Forum, 5 Maret 2002).
Padahal, semua orang tahu alam Indonesia sangat kaya. Areal hutannya termasuk paling luas di dunia, tanahnya subur, alamnya indah. Indonesia juga adalah negeri yang memiliki potensi kekayaan laut luar biasa. Wilayah perairannya sangat luas, dengan kandungan ikan yang diperkirakan mencapai 6,2 juta ton. Belum lagi mutiara, minyak dan kan-dungan mineral lainnya, termasuk di dalamnya keindahan alam bawah lautan. Dari potensi ikan saja, diperkirakan bisa didapat devisa lebih dari 8 milyar US dollar setiap tahunnya. Sementara, di daratan terdapat berbagai bentuk barang tambang berupa emas, nikel, timah, tembaga, batubara dan sebagainya. Di bawah perut bumi sendiri tersimpan gas dan minyak yang juga termasuk cukup besar. Kan-dungan emas di bumi Papua konon termasuk yang terbesar di dunia.
Tapi, semua orang juga tahu, kini Indonesia terpuruk di segala bidang. Akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, 100 juta orang terpaksa hidup dalam kemiskinan dan 40 juta orang kehilangan pekerjaan. Sementara, sekitar 4,5 juta anak harus putus sekolah. Jutaan lagi mengalami malnutrisi. Hidup semakin tidak mudah dijalani, sekalipun untuk sekadar mencari sesuap nasi. Beban kehi-dupan bertambah berat seiring dengan kenaikan hargaharga yang terus menerus terjadi. Bagi mereka yang lemah iman, berbagai kesulitan mudah mendo-rongnya melakukan tindak kejahatan. Berbagai bentuk kriminalitas mulai dari pencopetan, peram-pokan, pencurian, pembunuhan, pelacuran, sampai pornografi dengan dalih kebutuhan ekonomi terasa semakin meningkat tajam. Sepanjang krisis, krimi-nalitas dilaporkan meningkat 1000%, angka perce-raian meningkat 400%, sementara penghuni rumah sakit jiwa meningkat 300%.
Di sisi lain, sekalipun pemerintahan telah berulangkali berganti, tapi kestabilan politik belum juga kunjung terwujud. Bahkan gejolak politik di beberapa daerah malah terasa lebih meningkat. Pertanyaannya, mengapa itu bisa terjadi? Di mana letak kesalahannya? Pada sistem yang digunakan dalam menata negara Indonesia ini atau pada orang-orangnya yang kurang cakap dan kurang amanah, ataukah keduanya? Dan yang paling penting, apa yang harus kita lakukan?
Akar Masalah dan Solusi Fundamental
Dalam pandangan Islam, berbagai krisis tadi merupakan fasad (kerusakan) yang ditimbulkan oleh karena tindakan manusia sendiri, sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan oleh karena tangan-tangan manusia. (QS. Ar Rum: 41).
Muhammad Ali Ashabuni dalam kitab Shafwatu al-Tafasir menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bi ma kasabat aydi al-anas dalam ayat itu adalah “oleh karena kemaksiatan-kemak-siatan dan dosa-dosa yang dilakukan manusia (bi sababi ma’ashi al-naas wa dzunu bihim)”. Maksiat adalah setiap bentuk pelanggaran terhadap hukum Allah, yakni melakukan yang dilarang dan mening-galkan yang diwajibkan. Setiap bentuk kemaksiatan pasti menimbulkan dosa. Dan setiap dosa pasti me-nimbulkan kerusakan (fasad).
Selama ini, terbukti di tengah-tengah masyarakat, termasuk dalam penataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, banyak sekali ke-maksiatan dilakukan. Dalam sistem sekuler, Islam hanya ditempatkan dalam urusan individu dengan tuhannya saja. Sementara dalam urusan sosial ke-masyarakatan, agama (Islam) ditinggalkan. Maka, di tengah-tengah sistem sekuleristik tadi lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedo-nistik, kehidupan sosial yang egoistik dan indivi-dualistik, sikap beragama yang sinkretistik serta sistem pendidikan yang materialistik.
Dalam tatanan ekonomi kapitalistik, ke-giatan ekonomi digerakkan sekadar demi meraih perolehan materi tanpa memandang apakah kegiatan itu sesuai dengan aturan Islam atau tidak. Aturan Islam yang sempurna disangka justru meng-hambat. Sementara dalam tatanan politik yang oportunistik, kegiatan politik tidak didedikasikan untuk terwujudnya kesejahteraan umum melainkan sekadar demi jabatan dan kepentingan sempit lainnya. Dalam tatanan budaya yang hedonistik, budaya telah berkembang sebagai bentuk ekspresi pemuas nafsu jasmani. Dalam hal ini, Barat telah menjadi kiblat ke arah mana “kemajuan” budaya harus diraih.
Sementara itu, sikap beragama sinkretistik menyebabkan sebagian umat Islam telah meman-dang rendah, bahkan tidak suka, menjauhi dan memusuhi aturan agamanya sendiri. Sebagian umat telah lupa bahwa seorang Muslim harus meyakini hanya Islam saja yang diridhai Allah SWT. Sedang-kan sistem pendidikan yang materialistik terbukti telah gagal melahirkan manusia shaleh yang sekaligus menguasai iptek.
Semua rakyat Indonesia tentu menginginkan agar negeri ini segera terbebas dari segala krisis yang sudah menjerat lebih dari 4 tahun ini. Masalahnya, bagaimana caranya? Sekadar mengganti pemerintahan terbukti tidaklah mencukupi. Semenjak krisis, sudah 4 presiden berganti-ganti memimpin Indonesia, tapi tetap saja krisis tidak kunjung berakhir. Jelas bahwa krisis ini ditimbulkan bukan hanya karena birokrat yang memimpin tidak amanah, korup dan tidak cakap, tapi juga ditimbulkan oleh buruknya sistem yang selama digunakan sebagai dasar pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik dan paradigma pendidikan yang materialistik serta sisi kehidupan sekuler lainnya sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya sebenarnya hanyalah buah atau merupakan problema-problema cabang yang muncul dari diterapkannya sistem kehidupan sekuleristik tadi. Karena itu sistem tersebut harus diganti.
Persoalannya, sistem mana yang harus di-pilih? Memilih sistem kapitalisme sama saja dengan terus mempertahankan krisis, oleh karena sistem kepitalisme itulah yang menjadi pangkal terjadinya krisis bukan hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain termasuk AS, gembong kapitalisme. Memilih sosialisme-komunisme juga tidak logis karena sistem itu telah bangkrut dan bahkan ditinggalkan para pemeluknya sendiri. Satu-satunya alternatif hanyalah Islam.
Lagi pula, mengingat beratnya persoalan atau krisis yang dihadapi, maka semua itu hanya mungkin dihadapi melalui solusi fundamental dan integral. Secara fundamental, karena semua problema yang ada sesungguhnya berpangkal pada sistem yang terlahir dari pandangan hidup yang salah, yaitu sekulerisme. Juga menghendaki solusi yang integral oleh karena kerusakan yang terjadi telah menyentuh semua sendi kehidupan manusia. Penyelesaian yang parsial tidak akan menyelesaikan secara tuntas berbagai krisis itu. Bahkan sebaliknya bisa memicu problema baru yang mungkin tidak kalah gawatnya. Solusi fundamental dan integral yang dimaksud tidak lain adalah dengan cara menegakkan kembali seluruh tatanan kehidupan masyarakat dengan syariat Islam.
Hakikat Syariah dan Keharusan Penerapannya
Secara bahasa, syariat (al-syarî’ah) berarti sumber air minum (mawrid al-mâ’ li al istisqâ) atau jalan lurus (at-tharîq al-mustaqîm). Sedang menurut istilah, syariah bermakna: perundang-undangan yang diturunkan Allah SWT melalui Rasulullah Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia baik menyangkut masalah ibadah, akhlak, makanan, minuman, pakaian maupun muamalah (interaksi sesama manusia dalam berbagai aspek kehidupan) guna meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jadi, setiap hukum yang digali dari sumber-sumber hukum Islam merupakan hukum syariat (al-ahkâm asy-syar’iyyah) atau biasa disebut syariah saja. Karena-nya, syariat Islam mencakup berbagai perkara, mulai dari cara berwudhu hingga cara mengatur masya-rakat dan negara dalam aspek sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan budaya. Jadi, yang disebut syariat Islam bukanlah sekadar sanksi hukum pidana (hudûd wal jinayat) semata, melainkan seluruh hukum bagi semua aspek kehidupan.
Maka, perjuangan bagi tegaknya syariat Islam di negeri ini jelas sangatlah penting. Secara imani, perjuangan itu merupakan tuntutan aqidah Islam. Secara faktual, sistem apalagi yang diharapkan mampu menyelesaikan krisis multidimensi yang kini tengah dihadapi Indonesia bila bukan syariat Islam, setelah sosialisme hancur dan kapitalisme terbukti makin loyo? Dan secara operasional, pemberlakuan syariat Islam kiranya juga akan nyambung dengan denyut nadi iman atau keyakinan mayoritas penduduk negeri ini yang muslim. Bila itu bisa diujudkan, maka gagasan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara juga menjadi bagian dari ibadah setiap muslim akan dapat diujudkan secara nyata.
Pelaksanaan syariah oleh negara sesungguhnya merupakan perkara yang sudah diketahui kewajibannya dalam Islam (ma’lumun min al-dini bi al-dharurati) sebagaimana telah diketahuinya kewajiban shalat, zakat, haji dan sebagainya. Bah-kan sejatinya, berdirinya negara dengan segenap struktur dan wewenangnya dalam kacamata Islam memang adalah untuk menyukseskan pelaksanaan syariah, sebagai wujud nyata pelaksanaan hidup bermasyarakat dan bernegara dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT. Maka perjuangan bagi penegakan syariat Islam bagi seorang muslim juga merupakan sebuah kemestian. Diyakini bahwa tidak akan pernah ada kemuliaan kecuali dengan Islam, dan tidak ada Islam kecuali dengan syariat, serta tidak ada syariat kecuali dengan adanya daulah.
Diyakini, hanya syariah Islam sajalah yang mampu menjawab berbagai persoalan yang tengah membelit negara ini, baik di lapangan ekonomi, politik, sosial, budaya dan pendidikan, setelah ideologi kapitalisme dan sosialisme gagal memenuhi harapan. Penerapan syariah juga akan membawa masya-rakat Indonesia yang mayoritas muslim itu lebih dekat kepada suasana religiusitas Islam sebagai perwujudan dari misi hidup beribadah kepada Allah SWT.
Maka dari itu, kita sebagai umat islam yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sudah sepantasnyalah kita mengambil hukum Allah(syariat islam) sebagai aturan hidup kita dalam mengatur segala aspek kehidupan. Allahuakbar
Padahal, semua orang tahu alam Indonesia sangat kaya. Areal hutannya termasuk paling luas di dunia, tanahnya subur, alamnya indah. Indonesia juga adalah negeri yang memiliki potensi kekayaan laut luar biasa. Wilayah perairannya sangat luas, dengan kandungan ikan yang diperkirakan mencapai 6,2 juta ton. Belum lagi mutiara, minyak dan kan-dungan mineral lainnya, termasuk di dalamnya keindahan alam bawah lautan. Dari potensi ikan saja, diperkirakan bisa didapat devisa lebih dari 8 milyar US dollar setiap tahunnya. Sementara, di daratan terdapat berbagai bentuk barang tambang berupa emas, nikel, timah, tembaga, batubara dan sebagainya. Di bawah perut bumi sendiri tersimpan gas dan minyak yang juga termasuk cukup besar. Kan-dungan emas di bumi Papua konon termasuk yang terbesar di dunia.
Tapi, semua orang juga tahu, kini Indonesia terpuruk di segala bidang. Akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, 100 juta orang terpaksa hidup dalam kemiskinan dan 40 juta orang kehilangan pekerjaan. Sementara, sekitar 4,5 juta anak harus putus sekolah. Jutaan lagi mengalami malnutrisi. Hidup semakin tidak mudah dijalani, sekalipun untuk sekadar mencari sesuap nasi. Beban kehi-dupan bertambah berat seiring dengan kenaikan hargaharga yang terus menerus terjadi. Bagi mereka yang lemah iman, berbagai kesulitan mudah mendo-rongnya melakukan tindak kejahatan. Berbagai bentuk kriminalitas mulai dari pencopetan, peram-pokan, pencurian, pembunuhan, pelacuran, sampai pornografi dengan dalih kebutuhan ekonomi terasa semakin meningkat tajam. Sepanjang krisis, krimi-nalitas dilaporkan meningkat 1000%, angka perce-raian meningkat 400%, sementara penghuni rumah sakit jiwa meningkat 300%.
Di sisi lain, sekalipun pemerintahan telah berulangkali berganti, tapi kestabilan politik belum juga kunjung terwujud. Bahkan gejolak politik di beberapa daerah malah terasa lebih meningkat. Pertanyaannya, mengapa itu bisa terjadi? Di mana letak kesalahannya? Pada sistem yang digunakan dalam menata negara Indonesia ini atau pada orang-orangnya yang kurang cakap dan kurang amanah, ataukah keduanya? Dan yang paling penting, apa yang harus kita lakukan?
Akar Masalah dan Solusi Fundamental
Dalam pandangan Islam, berbagai krisis tadi merupakan fasad (kerusakan) yang ditimbulkan oleh karena tindakan manusia sendiri, sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan oleh karena tangan-tangan manusia. (QS. Ar Rum: 41).
Muhammad Ali Ashabuni dalam kitab Shafwatu al-Tafasir menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bi ma kasabat aydi al-anas dalam ayat itu adalah “oleh karena kemaksiatan-kemak-siatan dan dosa-dosa yang dilakukan manusia (bi sababi ma’ashi al-naas wa dzunu bihim)”. Maksiat adalah setiap bentuk pelanggaran terhadap hukum Allah, yakni melakukan yang dilarang dan mening-galkan yang diwajibkan. Setiap bentuk kemaksiatan pasti menimbulkan dosa. Dan setiap dosa pasti me-nimbulkan kerusakan (fasad).
Selama ini, terbukti di tengah-tengah masyarakat, termasuk dalam penataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, banyak sekali ke-maksiatan dilakukan. Dalam sistem sekuler, Islam hanya ditempatkan dalam urusan individu dengan tuhannya saja. Sementara dalam urusan sosial ke-masyarakatan, agama (Islam) ditinggalkan. Maka, di tengah-tengah sistem sekuleristik tadi lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedo-nistik, kehidupan sosial yang egoistik dan indivi-dualistik, sikap beragama yang sinkretistik serta sistem pendidikan yang materialistik.
Dalam tatanan ekonomi kapitalistik, ke-giatan ekonomi digerakkan sekadar demi meraih perolehan materi tanpa memandang apakah kegiatan itu sesuai dengan aturan Islam atau tidak. Aturan Islam yang sempurna disangka justru meng-hambat. Sementara dalam tatanan politik yang oportunistik, kegiatan politik tidak didedikasikan untuk terwujudnya kesejahteraan umum melainkan sekadar demi jabatan dan kepentingan sempit lainnya. Dalam tatanan budaya yang hedonistik, budaya telah berkembang sebagai bentuk ekspresi pemuas nafsu jasmani. Dalam hal ini, Barat telah menjadi kiblat ke arah mana “kemajuan” budaya harus diraih.
Sementara itu, sikap beragama sinkretistik menyebabkan sebagian umat Islam telah meman-dang rendah, bahkan tidak suka, menjauhi dan memusuhi aturan agamanya sendiri. Sebagian umat telah lupa bahwa seorang Muslim harus meyakini hanya Islam saja yang diridhai Allah SWT. Sedang-kan sistem pendidikan yang materialistik terbukti telah gagal melahirkan manusia shaleh yang sekaligus menguasai iptek.
Semua rakyat Indonesia tentu menginginkan agar negeri ini segera terbebas dari segala krisis yang sudah menjerat lebih dari 4 tahun ini. Masalahnya, bagaimana caranya? Sekadar mengganti pemerintahan terbukti tidaklah mencukupi. Semenjak krisis, sudah 4 presiden berganti-ganti memimpin Indonesia, tapi tetap saja krisis tidak kunjung berakhir. Jelas bahwa krisis ini ditimbulkan bukan hanya karena birokrat yang memimpin tidak amanah, korup dan tidak cakap, tapi juga ditimbulkan oleh buruknya sistem yang selama digunakan sebagai dasar pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik dan paradigma pendidikan yang materialistik serta sisi kehidupan sekuler lainnya sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya sebenarnya hanyalah buah atau merupakan problema-problema cabang yang muncul dari diterapkannya sistem kehidupan sekuleristik tadi. Karena itu sistem tersebut harus diganti.
Persoalannya, sistem mana yang harus di-pilih? Memilih sistem kapitalisme sama saja dengan terus mempertahankan krisis, oleh karena sistem kepitalisme itulah yang menjadi pangkal terjadinya krisis bukan hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain termasuk AS, gembong kapitalisme. Memilih sosialisme-komunisme juga tidak logis karena sistem itu telah bangkrut dan bahkan ditinggalkan para pemeluknya sendiri. Satu-satunya alternatif hanyalah Islam.
Lagi pula, mengingat beratnya persoalan atau krisis yang dihadapi, maka semua itu hanya mungkin dihadapi melalui solusi fundamental dan integral. Secara fundamental, karena semua problema yang ada sesungguhnya berpangkal pada sistem yang terlahir dari pandangan hidup yang salah, yaitu sekulerisme. Juga menghendaki solusi yang integral oleh karena kerusakan yang terjadi telah menyentuh semua sendi kehidupan manusia. Penyelesaian yang parsial tidak akan menyelesaikan secara tuntas berbagai krisis itu. Bahkan sebaliknya bisa memicu problema baru yang mungkin tidak kalah gawatnya. Solusi fundamental dan integral yang dimaksud tidak lain adalah dengan cara menegakkan kembali seluruh tatanan kehidupan masyarakat dengan syariat Islam.
Hakikat Syariah dan Keharusan Penerapannya
Secara bahasa, syariat (al-syarî’ah) berarti sumber air minum (mawrid al-mâ’ li al istisqâ) atau jalan lurus (at-tharîq al-mustaqîm). Sedang menurut istilah, syariah bermakna: perundang-undangan yang diturunkan Allah SWT melalui Rasulullah Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia baik menyangkut masalah ibadah, akhlak, makanan, minuman, pakaian maupun muamalah (interaksi sesama manusia dalam berbagai aspek kehidupan) guna meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jadi, setiap hukum yang digali dari sumber-sumber hukum Islam merupakan hukum syariat (al-ahkâm asy-syar’iyyah) atau biasa disebut syariah saja. Karena-nya, syariat Islam mencakup berbagai perkara, mulai dari cara berwudhu hingga cara mengatur masya-rakat dan negara dalam aspek sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan budaya. Jadi, yang disebut syariat Islam bukanlah sekadar sanksi hukum pidana (hudûd wal jinayat) semata, melainkan seluruh hukum bagi semua aspek kehidupan.
Maka, perjuangan bagi tegaknya syariat Islam di negeri ini jelas sangatlah penting. Secara imani, perjuangan itu merupakan tuntutan aqidah Islam. Secara faktual, sistem apalagi yang diharapkan mampu menyelesaikan krisis multidimensi yang kini tengah dihadapi Indonesia bila bukan syariat Islam, setelah sosialisme hancur dan kapitalisme terbukti makin loyo? Dan secara operasional, pemberlakuan syariat Islam kiranya juga akan nyambung dengan denyut nadi iman atau keyakinan mayoritas penduduk negeri ini yang muslim. Bila itu bisa diujudkan, maka gagasan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara juga menjadi bagian dari ibadah setiap muslim akan dapat diujudkan secara nyata.
Pelaksanaan syariah oleh negara sesungguhnya merupakan perkara yang sudah diketahui kewajibannya dalam Islam (ma’lumun min al-dini bi al-dharurati) sebagaimana telah diketahuinya kewajiban shalat, zakat, haji dan sebagainya. Bah-kan sejatinya, berdirinya negara dengan segenap struktur dan wewenangnya dalam kacamata Islam memang adalah untuk menyukseskan pelaksanaan syariah, sebagai wujud nyata pelaksanaan hidup bermasyarakat dan bernegara dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT. Maka perjuangan bagi penegakan syariat Islam bagi seorang muslim juga merupakan sebuah kemestian. Diyakini bahwa tidak akan pernah ada kemuliaan kecuali dengan Islam, dan tidak ada Islam kecuali dengan syariat, serta tidak ada syariat kecuali dengan adanya daulah.
Diyakini, hanya syariah Islam sajalah yang mampu menjawab berbagai persoalan yang tengah membelit negara ini, baik di lapangan ekonomi, politik, sosial, budaya dan pendidikan, setelah ideologi kapitalisme dan sosialisme gagal memenuhi harapan. Penerapan syariah juga akan membawa masya-rakat Indonesia yang mayoritas muslim itu lebih dekat kepada suasana religiusitas Islam sebagai perwujudan dari misi hidup beribadah kepada Allah SWT.
Maka dari itu, kita sebagai umat islam yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sudah sepantasnyalah kita mengambil hukum Allah(syariat islam) sebagai aturan hidup kita dalam mengatur segala aspek kehidupan. Allahuakbar
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak (pula) perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata.”(TQS. Al-Ahzab : 36)
Senin, 05 Desember 2011
YANG MUDA YANG BERKARYA “Sekarang, atau tidak sama sekali” Oleh : Dewi Noor Azijah Ilmu Pemerintahan 2010 (Departemen Ilmy)
Permasalahan remaja, permasalahan keluarga, permasalahan pemerintahan, hingga permasalahan krisis air yang berganti shift dengan bencana banjir pun ada di Indonesia. Semuanya terangkum secara acak dan repetitif pada tiap lembar buku harian suram-muram bangsa ini. Entah kenapa, masalah demi masalah seolah betah menempel pada negeri bahari yang slalu dibilang sebagai atlantis yang hilang ini.
Terlalu sombong dan naif apabila kita slalu menanyakan ‘siapa yang patut dipersalahkan’ saja, tanpa berusaha untuk berkontemplasi barang sejenak tindakan curative apa yang harus dilakukan untuk mengobati ‘infeksi’ yang membusuk di negeri ini. Karena, sadar ataupun tidak, kita juga turut berkontribusi terhadap berbagai permasalahan yang slalu timbul tenggelam di negeri ini. Jadi, mulai saat ini :
Lets move with islam
Mulai dari permasalahan remaja yang meradix dari permasalahan keluarga. Tindakan apa yang mau dan mampu dilakukan oleh para ‘the Young Muslim Generation’?
Coba kawan hayati makna surat An-Nisa (1). Bahwa Allah memerintahkan kita untuk menjaga silaturahim. Dan tahukah kamu bahwa silaturahim diawali dengan komunikasi?. Nah, begitulah SALAH SATU solusi cerdas yang ditawarkan islam. Memperbaiki komunikasi keluarga untuk mengobati problema anak yang mulai beranjak dewasa. Simple khan? So. Tinggal tentuin siapa yang lebih dulu yang berinisiatif memulai perbaikan. Kaum orangtua atau kaum muda.
And, apa yang yang ditawarkan islam untuk meng’hush’ para tikus pengerat rupiah yang berkedok wakil rakyat?
Coba kita tengok lagi An-Nisa (135). Setiap orang, diwajibkan untuk slalu adil dan benar. Apalagi bagi orang yang dititipkan amanah. Terus hubungannya dengan koruptor?. Ya, semoga ayat ini mampu menjadi benteng bagi kita apabila amanat itu kelak terwariskan kepada kita. Seraya kita berusaha untuk tetap teguh membasmi tikus, kita pun harus tetap memasang anti-virus, untuk berjaga-jaga dari seranganan ‘Trojan’ (dibaca :syaiton) yang ada dibalik para tikus itu. Minimal untuk saat ini, say no to plagiarize, bikin ‘kopean’ ato titip absen sama teman.
Untuk krisis air yang berganti shift dengan banjir, mari kita hayati lagi ‘Ensiklopedia super’ kita di surat An-Nahl (112). Apa yang bisa kita ambil? Ya. Kesadaran.
Kesadaran bahwa saat ini kita mulai menjadi bangsa yang kufur. Yang terlalu terlena dengan berbagai kekayaan yang slalu dianggap g ada abisnya. Pada saat kita bangga menjadi bangsa maritim, kita seenaknya membuang air dengan ringan dengan dalih ‘masih banyak air di laut’. Padahal, toh meneguk satu kali air laut pun langsung kita muntahkan karena asinnya.
Dan banjir? Hayyaa..kita terlalu pede dengan ibarat di Indonesia berlaku hukum kayu berubah jadi pohon. Kita tebang seenaknya, tanpa berupaya untuk menggantinya. Walhasil, bukan hanya banjir yang mendera tapi panas terik dan racun CO pun mulai padat merebak diangkasa.
Untuk solusinya, monggo dikaji dari Al-An’am (141), Al-Israa (27), Al-Araaf (58), dan Ibrahim (14). Kalau ada yang lain lagi, ya silakan langsung aplikasikan.
Lihatlah kawan, dengan islam, berbagai masalah yang rumit dapat diselesaikan dengan cara yang sederhana dan produktif. Dengan Islam, kita mereduksi masalah menjadi anugrah, dan musibah menjadi berkah. Allhamdulillah, bukan?
Poko’e, segera lakukan 3M with Islam. Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan MULAI DARI SEKARANG!
Pantun :
ada masalah runyam pasti ada solusi hebat
mari dengan Islam kita berkontribusi dan bermanfaat
Terlalu sombong dan naif apabila kita slalu menanyakan ‘siapa yang patut dipersalahkan’ saja, tanpa berusaha untuk berkontemplasi barang sejenak tindakan curative apa yang harus dilakukan untuk mengobati ‘infeksi’ yang membusuk di negeri ini. Karena, sadar ataupun tidak, kita juga turut berkontribusi terhadap berbagai permasalahan yang slalu timbul tenggelam di negeri ini. Jadi, mulai saat ini :
Lets move with islam
Mulai dari permasalahan remaja yang meradix dari permasalahan keluarga. Tindakan apa yang mau dan mampu dilakukan oleh para ‘the Young Muslim Generation’?
Coba kawan hayati makna surat An-Nisa (1). Bahwa Allah memerintahkan kita untuk menjaga silaturahim. Dan tahukah kamu bahwa silaturahim diawali dengan komunikasi?. Nah, begitulah SALAH SATU solusi cerdas yang ditawarkan islam. Memperbaiki komunikasi keluarga untuk mengobati problema anak yang mulai beranjak dewasa. Simple khan? So. Tinggal tentuin siapa yang lebih dulu yang berinisiatif memulai perbaikan. Kaum orangtua atau kaum muda.
And, apa yang yang ditawarkan islam untuk meng’hush’ para tikus pengerat rupiah yang berkedok wakil rakyat?
Coba kita tengok lagi An-Nisa (135). Setiap orang, diwajibkan untuk slalu adil dan benar. Apalagi bagi orang yang dititipkan amanah. Terus hubungannya dengan koruptor?. Ya, semoga ayat ini mampu menjadi benteng bagi kita apabila amanat itu kelak terwariskan kepada kita. Seraya kita berusaha untuk tetap teguh membasmi tikus, kita pun harus tetap memasang anti-virus, untuk berjaga-jaga dari seranganan ‘Trojan’ (dibaca :syaiton) yang ada dibalik para tikus itu. Minimal untuk saat ini, say no to plagiarize, bikin ‘kopean’ ato titip absen sama teman.
Untuk krisis air yang berganti shift dengan banjir, mari kita hayati lagi ‘Ensiklopedia super’ kita di surat An-Nahl (112). Apa yang bisa kita ambil? Ya. Kesadaran.
Kesadaran bahwa saat ini kita mulai menjadi bangsa yang kufur. Yang terlalu terlena dengan berbagai kekayaan yang slalu dianggap g ada abisnya. Pada saat kita bangga menjadi bangsa maritim, kita seenaknya membuang air dengan ringan dengan dalih ‘masih banyak air di laut’. Padahal, toh meneguk satu kali air laut pun langsung kita muntahkan karena asinnya.
Dan banjir? Hayyaa..kita terlalu pede dengan ibarat di Indonesia berlaku hukum kayu berubah jadi pohon. Kita tebang seenaknya, tanpa berupaya untuk menggantinya. Walhasil, bukan hanya banjir yang mendera tapi panas terik dan racun CO pun mulai padat merebak diangkasa.
Untuk solusinya, monggo dikaji dari Al-An’am (141), Al-Israa (27), Al-Araaf (58), dan Ibrahim (14). Kalau ada yang lain lagi, ya silakan langsung aplikasikan.
Lihatlah kawan, dengan islam, berbagai masalah yang rumit dapat diselesaikan dengan cara yang sederhana dan produktif. Dengan Islam, kita mereduksi masalah menjadi anugrah, dan musibah menjadi berkah. Allhamdulillah, bukan?
Poko’e, segera lakukan 3M with Islam. Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan MULAI DARI SEKARANG!
Pantun :
ada masalah runyam pasti ada solusi hebat
mari dengan Islam kita berkontribusi dan bermanfaat
Zakat VS Pajak, Mau Pilih yang Mana? Oleh Reza Irfansyah (Departemen Komunikasi dan Informasi DKM FISIP UNPAD//Ilmu Administrasi Negara 2009)
Bismillah
Dalam penyelenggaraan suatu negara tentunya dibutuhkan dana. Tanpa dana, mustahil suatu negara dapat bertahan hidup. Right? Dana itu dapat didapatkan dari pajak, penerimaan negara bukan pajak, utang luar negeri atau hibah dari negara donor. Jika hanya mengandalkan utang luar negeri, maka lama kelamaan negeri ini akan dipaksa untuk berutang kembali karena tidak mampu membayar utangnya terdahulu. Seperti yang dilakukan oleh lembaga donor macam IMF. Bila mengandalkan hibah dari negara lain, sama saja merendahkan harga diri bangsa ini di mata dunia. Penerimaan negara bukan pajak tidak terlalu berpengaruh pada pendatan negara. Nah, pajak merupakan sumber keuangan negara yang utama.
Sekilas tentang pajak
Pajak diartikan oleh Rochmat Soemitro sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Tercatat bahwa pada tahun 2011 pajak memberi sumbangsih sebesar sekitar 73% untuk tahun 2010, sekitar 75% untuk tahun 2011, sekitar 79% untuk tahun 2012. dari data tersebut kita bisa melihat bahwa penerimaan perpajakan bersifat fluktuatif tidak cenderung selalu meningkat setiap tahunnya dan juga tidak cendrung menurun setiap tahunnya. Orang bijak bayar pajak, itu kata-kata di iklan. Namun, ada benarnya juga kawan. Muslim yang baik dan benar wajib bayar zakat. Itu kalimat Allah Swt di dalam Al-Qur’an
وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ. لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta).” (Al-Ma’arij: 24-25).
Sekilas tentang zakat
Zakat merupakan ibadah maliyah (ibadah dalam wujud menyerahkan harta). Disebut zakat, karena secara bahasa berarti التَّطْهِيرُ وَالنَّمَاءُ suci dan tumbuh yaitu mensucikan atau membersihkan orang yang berzakat dari kotoran dosa, sikap kikir dan bakhil. Juga membersihkan harta dari yang telah dikeluarkan tersebut. Disebutkan tumbuh, karena zakat tersebut akan menumbuhkan harta dan menjadi sebab tumbuhnya berkah.
Dalam ajaran zakat terkandung pesan moral untuk bersikap lemah lembut terhadap para fakir, miskin, dan orang-orang yang memerlukan bantuan. Melalui syariat zakat ini, terpintal hikmah kokohnya jalinan distribusi harta dari para hartawan kepada para fakir yang membutuhkan. Hingga orang-orang yang tidak mampu secara finansial bisa dibantu melalui dana jaminan sosial (istilah sekarang) yang terkumpul melalui penggalangan zakat. Inilah salah satu hikmah adanya zakat. Karena sesungguhnya, harta yang dimiliki seseorang senyatanya merupakan pemberian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan atas dasar kemampuan, kekuatan, atau kepandaian yang dimilikinya. Tapi, harta itu semata-mata dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lantaran itulah, Allah Subhanahu wa Ta’ala memfardhukan kepada orang-orang yang berharta untuk menyerahkan hak saudara-saudara mereka yang tergolong fakir. Yaitu, berupaya menyedekahkan harta yang telah mereka dapatkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 254). Lantas bagaimana kondisi kita yang satu sisi sebagai muslim, dan sisi lainnya sebagai negarawan pula? Solusinya satu, sebagai muslim negarawan kita harus taat bayar zakat dan pajak. Setuju?
Indonesia sebagai negara dengan penduduk lebih dari 200 juta jiwa memiliki potensi pajak yang besar. Mayoritas penduduk beragama islam, dengan presentasinya sebesar 78%, berarti juga memiliki potensi zakat yang luar biasa. Walaupun tax ratio indonesia meningkat menjadi 13,6%, hal ini dapat dikatakan sangat sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan tax ratio di Eropa yang mencapai 33%. Survey PIRAC (Publik Interest Research and Advocacy Center) tahun 2004 terhadap responden yang beragama Islam di 11 kota besar di Indonesia yang meliputi Jakarta, Bandung,Semarang, Surabaya, Medan, Padang, Denpasar, Manado, Makassar, Pontianak dan Balikpapan, menunjukkan potensi zakat per tahun mencapai Rp4,45 triliun, dan diperkirakan pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp9,09 triliun. Survey juga menunjukkan 94,5% responden menyatakan dirinya sebagai muzakki dengan rata-rata nilai zakat sebesar Rp416.000,00/muzakki/tahun dan tahun 2007 meningkat menjadi 95,5% dengan rata-rata nilai zakat sebesar Rp684.550,00/muzakki/tahun. Peningkatan tersebut tidak selalu linier dengan kesadaran membayar zakat dari golongan yang secara ekonomi lebih mapan. Hasil survei tentang perilaku membayar zakat terhadap responden yang secara ekonomi lebih mapan justru cenderung mengabaikan kewajiban berzakat. Hanya 49,8% yang sadar zakat dan sedikit mengalami peningkatan menjadi 55% ketika disurvey kembali pada tahun 2007. Memang, ketika besar zakat masih recehan, orang tidak keberatan mengeluarkannya, tapi ketika zakat sudah mencapai jutaan, orang mulai berpikir untuk menzakatkannya. Oleh karena itu adanya klausul zakat mengurangi pajak menjadi begitu penting.
Kondisinya di Indonesia saat ini, wajib pajak adalah muzakki juga. Seperti tertuang di Undang-Undang No. 17 tahun 2000. Jadi, Orang atau badan yang telah menunaikan zakat tidak berarti dia bebas pajak. Hal ini lah yang menjadi dualisme di Indonesia. Mari kita bandingkan sejenak. Zakat perintahnya dari Allah Swt. Pajak diatur oleh negara. Tarif pajak beragam mulai dari 10% untuk Pajak Pertambahan Nilai, ada pula yang bersifat progresif, ada juga yang disederhanakan menjadi dua tarif seperti bea materai. Namun zakat tidak serumit demikian. Pajak diatur oleh undang-undang yang senantiasa diamandemen. Zakat diatur sedemikian rupa oleh Al-quran, dan tidak berubah sejak dahulu.
Jadi bagaimana kita menyikapinya? Apakah harus menunaikan zakat saja? Lalu mengabaikan pajak? Menurut pendapat saya, melihat kondisi saat ini di negeri kita tercinta ini, kita wajib melaksanakannya. Menunaikan zakat sebagai bagian dari rukun islam. Dan tentunya membayar pajak sebagai warga negara yang dermawan. Toh maksud keduanya baik kok. Sama-sama memberikan sebagian hak kita kepada mereka yang berhak. Juga turut serta dalam membangun bangsa. Right?
Kita dapat melihat kasus di Malaysia sebagai pengintegrasian antara pajak dan zakat. Di sana jika seseorang telah membayar zakat, maka ia otomatis telah membayar pajak. Muzakki umumnya langsung membayar zakat ke lembaga zakat dan di lain pihak juga tetap membayar pajaknya secara penuh kepada negara. Umat Islam Indonesia menunggu keseriusan pemerintah dalam penerapan zakat sebagai pengurang pajak (tax deductable) seperti di Malaysia. Wacana ini disambut gembira oleh para pengusaha. Melalui undang-undang tersebut para pengusaha tidak terkena kewajiban ganda, zakat dan pajak. Insentif pajak bagi donasi juga telah berlaku di beberapa negara Eropa dan Amerika, bahkan juga di Malaysia. Ada kekhawatiran bahwa jika zakat mengurangi pajak, maka perolehan pajak akan berkurang. Data di Malaysia menunjukkan bahwa selama tahun 2001-2005 dengan adanya undang-undang zakat mengurangi pajak, perolehan zakat di negara tersebut terus meningkat. Tahun 2005 perolehan zakat dari 12,5 juta penduduk yang muslim mencapai RM 573 juta atau Rp1,4 trilyun.
Terakhir, saya ingin mengajak pada diri sendiri dan para pembaca untuk menunaikan zakat dan pajak. Sembari menunggu jikalau konsep integrasi zakat dan pajak diberlakukan di Indonesia. Membayar zakat dan pajak tidak akan membuat harta kita terkuras habis, tetapi justru insyaallah akan bertambah. Membayar zakat diganjar dapat dirasakan di akhirat kelak, sedangkan membayar pajak dapat kita rasakan manfaatnya di dunia. Jadi sebagai muslim negarwan, kita wajib melaksanakan keduanya. Right?
Wallahuallam.
Dalam penyelenggaraan suatu negara tentunya dibutuhkan dana. Tanpa dana, mustahil suatu negara dapat bertahan hidup. Right? Dana itu dapat didapatkan dari pajak, penerimaan negara bukan pajak, utang luar negeri atau hibah dari negara donor. Jika hanya mengandalkan utang luar negeri, maka lama kelamaan negeri ini akan dipaksa untuk berutang kembali karena tidak mampu membayar utangnya terdahulu. Seperti yang dilakukan oleh lembaga donor macam IMF. Bila mengandalkan hibah dari negara lain, sama saja merendahkan harga diri bangsa ini di mata dunia. Penerimaan negara bukan pajak tidak terlalu berpengaruh pada pendatan negara. Nah, pajak merupakan sumber keuangan negara yang utama.
Sekilas tentang pajak
Pajak diartikan oleh Rochmat Soemitro sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Tercatat bahwa pada tahun 2011 pajak memberi sumbangsih sebesar sekitar 73% untuk tahun 2010, sekitar 75% untuk tahun 2011, sekitar 79% untuk tahun 2012. dari data tersebut kita bisa melihat bahwa penerimaan perpajakan bersifat fluktuatif tidak cenderung selalu meningkat setiap tahunnya dan juga tidak cendrung menurun setiap tahunnya. Orang bijak bayar pajak, itu kata-kata di iklan. Namun, ada benarnya juga kawan. Muslim yang baik dan benar wajib bayar zakat. Itu kalimat Allah Swt di dalam Al-Qur’an
وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ. لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta).” (Al-Ma’arij: 24-25).
Sekilas tentang zakat
Zakat merupakan ibadah maliyah (ibadah dalam wujud menyerahkan harta). Disebut zakat, karena secara bahasa berarti التَّطْهِيرُ وَالنَّمَاءُ suci dan tumbuh yaitu mensucikan atau membersihkan orang yang berzakat dari kotoran dosa, sikap kikir dan bakhil. Juga membersihkan harta dari yang telah dikeluarkan tersebut. Disebutkan tumbuh, karena zakat tersebut akan menumbuhkan harta dan menjadi sebab tumbuhnya berkah.
Dalam ajaran zakat terkandung pesan moral untuk bersikap lemah lembut terhadap para fakir, miskin, dan orang-orang yang memerlukan bantuan. Melalui syariat zakat ini, terpintal hikmah kokohnya jalinan distribusi harta dari para hartawan kepada para fakir yang membutuhkan. Hingga orang-orang yang tidak mampu secara finansial bisa dibantu melalui dana jaminan sosial (istilah sekarang) yang terkumpul melalui penggalangan zakat. Inilah salah satu hikmah adanya zakat. Karena sesungguhnya, harta yang dimiliki seseorang senyatanya merupakan pemberian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan atas dasar kemampuan, kekuatan, atau kepandaian yang dimilikinya. Tapi, harta itu semata-mata dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lantaran itulah, Allah Subhanahu wa Ta’ala memfardhukan kepada orang-orang yang berharta untuk menyerahkan hak saudara-saudara mereka yang tergolong fakir. Yaitu, berupaya menyedekahkan harta yang telah mereka dapatkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 254). Lantas bagaimana kondisi kita yang satu sisi sebagai muslim, dan sisi lainnya sebagai negarawan pula? Solusinya satu, sebagai muslim negarawan kita harus taat bayar zakat dan pajak. Setuju?
Indonesia sebagai negara dengan penduduk lebih dari 200 juta jiwa memiliki potensi pajak yang besar. Mayoritas penduduk beragama islam, dengan presentasinya sebesar 78%, berarti juga memiliki potensi zakat yang luar biasa. Walaupun tax ratio indonesia meningkat menjadi 13,6%, hal ini dapat dikatakan sangat sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan tax ratio di Eropa yang mencapai 33%. Survey PIRAC (Publik Interest Research and Advocacy Center) tahun 2004 terhadap responden yang beragama Islam di 11 kota besar di Indonesia yang meliputi Jakarta, Bandung,Semarang, Surabaya, Medan, Padang, Denpasar, Manado, Makassar, Pontianak dan Balikpapan, menunjukkan potensi zakat per tahun mencapai Rp4,45 triliun, dan diperkirakan pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp9,09 triliun. Survey juga menunjukkan 94,5% responden menyatakan dirinya sebagai muzakki dengan rata-rata nilai zakat sebesar Rp416.000,00/muzakki/tahun dan tahun 2007 meningkat menjadi 95,5% dengan rata-rata nilai zakat sebesar Rp684.550,00/muzakki/tahun. Peningkatan tersebut tidak selalu linier dengan kesadaran membayar zakat dari golongan yang secara ekonomi lebih mapan. Hasil survei tentang perilaku membayar zakat terhadap responden yang secara ekonomi lebih mapan justru cenderung mengabaikan kewajiban berzakat. Hanya 49,8% yang sadar zakat dan sedikit mengalami peningkatan menjadi 55% ketika disurvey kembali pada tahun 2007. Memang, ketika besar zakat masih recehan, orang tidak keberatan mengeluarkannya, tapi ketika zakat sudah mencapai jutaan, orang mulai berpikir untuk menzakatkannya. Oleh karena itu adanya klausul zakat mengurangi pajak menjadi begitu penting.
Kondisinya di Indonesia saat ini, wajib pajak adalah muzakki juga. Seperti tertuang di Undang-Undang No. 17 tahun 2000. Jadi, Orang atau badan yang telah menunaikan zakat tidak berarti dia bebas pajak. Hal ini lah yang menjadi dualisme di Indonesia. Mari kita bandingkan sejenak. Zakat perintahnya dari Allah Swt. Pajak diatur oleh negara. Tarif pajak beragam mulai dari 10% untuk Pajak Pertambahan Nilai, ada pula yang bersifat progresif, ada juga yang disederhanakan menjadi dua tarif seperti bea materai. Namun zakat tidak serumit demikian. Pajak diatur oleh undang-undang yang senantiasa diamandemen. Zakat diatur sedemikian rupa oleh Al-quran, dan tidak berubah sejak dahulu.
Jadi bagaimana kita menyikapinya? Apakah harus menunaikan zakat saja? Lalu mengabaikan pajak? Menurut pendapat saya, melihat kondisi saat ini di negeri kita tercinta ini, kita wajib melaksanakannya. Menunaikan zakat sebagai bagian dari rukun islam. Dan tentunya membayar pajak sebagai warga negara yang dermawan. Toh maksud keduanya baik kok. Sama-sama memberikan sebagian hak kita kepada mereka yang berhak. Juga turut serta dalam membangun bangsa. Right?
Kita dapat melihat kasus di Malaysia sebagai pengintegrasian antara pajak dan zakat. Di sana jika seseorang telah membayar zakat, maka ia otomatis telah membayar pajak. Muzakki umumnya langsung membayar zakat ke lembaga zakat dan di lain pihak juga tetap membayar pajaknya secara penuh kepada negara. Umat Islam Indonesia menunggu keseriusan pemerintah dalam penerapan zakat sebagai pengurang pajak (tax deductable) seperti di Malaysia. Wacana ini disambut gembira oleh para pengusaha. Melalui undang-undang tersebut para pengusaha tidak terkena kewajiban ganda, zakat dan pajak. Insentif pajak bagi donasi juga telah berlaku di beberapa negara Eropa dan Amerika, bahkan juga di Malaysia. Ada kekhawatiran bahwa jika zakat mengurangi pajak, maka perolehan pajak akan berkurang. Data di Malaysia menunjukkan bahwa selama tahun 2001-2005 dengan adanya undang-undang zakat mengurangi pajak, perolehan zakat di negara tersebut terus meningkat. Tahun 2005 perolehan zakat dari 12,5 juta penduduk yang muslim mencapai RM 573 juta atau Rp1,4 trilyun.
Terakhir, saya ingin mengajak pada diri sendiri dan para pembaca untuk menunaikan zakat dan pajak. Sembari menunggu jikalau konsep integrasi zakat dan pajak diberlakukan di Indonesia. Membayar zakat dan pajak tidak akan membuat harta kita terkuras habis, tetapi justru insyaallah akan bertambah. Membayar zakat diganjar dapat dirasakan di akhirat kelak, sedangkan membayar pajak dapat kita rasakan manfaatnya di dunia. Jadi sebagai muslim negarwan, kita wajib melaksanakan keduanya. Right?
Wallahuallam.
Rabu, 30 November 2011
Al-Qur’an di Hatiku dan Hatimu oleh Febri Yenni Administrasi Negara 2010 Anggota DKM FISIP Unpad, Departemen Kesekretariatan
Indonesia, bangsa yang telah 66 tahun lalu menyatakan kemerdekaannya, masih saja berada dalam kungkungan ketimpangan ekonomi yang tak pernah selesai, bagaikan benang kusut yang tak berujung. Padahal setiap tahunnya selalu ada lulusan – lulusan terbaik yang terus mencetak prestasi dalam menemukan suatu pemikiran baru yang menakjubkan dan layak diacungi jempol. Tetapi kenapa Indonesia seolah masih tak menemukan jawaban atas segala problematikanya? Apa makna kemerdekaan yang selama ini telah dielu-elukan?
Berbagai upaya mulai dari perbaikan ekonomi dan reformasi birokrasi terus dilakukan. Pergantian sistem, reshuffle kabinet dan pembuatan aturan perundang-undangan baru tak henti-hentinya dirumuskan, namun masih saja belum menemukan titik terang permasalahan bangsa ini. Berbagai sistem pemerintahan negara-negara maju terus dicoba diterapkan, tetapi hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Badai krisis yang menimpa bangsa Indonesia masih tak kunjung berhenti. Krisis yang berkepanjangan dan lambannya pemulihan kondisi ekonomi menunjukan buruknya kondisi negara Indonesia. Tingkat kebocoran dana yang tinggi di kalangan pejabat pun semakin memperparah perekonomian negeri ini. Utang luar negeri yang ditujukan untuk pembangunan memiliki aliran dana yang tidak jelas, sehingga faktanya saat ini setiap bayi yang lahir di Indonesia akan memikul beban utang 7 juta per orang. Kondisi seperti ini akan terus menerus memburuk dan membahayakan bangsa Indonesia sendiri jika tidak segera ditemukan solusinya.
Tidak hanya itu saja, para administrator pemerintahan seolah hanya haus kekuasaan, berebut kursi tetapi tidak tahu apa yang akan mereka lakukan ketika telah menjabat nanti. Padahal Rasulullah telah meninggalkan dua pedoman bagi umat manusia selama menjalani hidupnya
"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya." ( Al Kahfi: 1-3)
Jika kita memahami firman Allah di atas dan kembali melirik kondisi bangsa ini dengan segala problematikanya, seperti ada suatu fakta yang terungkap bahwa wajah suram bangsa ini adalah bentuk kehilangan bangsa Indonesia, dengan mayoritas penduduk muslimnya, dari suatu tuntutan yang mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk. Indonesia seolah tak memiliki panduan yang jelas dalam menjalankan roda pemerintahannya. Segala sistem negara-negara lain dicoba diterapkan, namun hasilnya berbeda dan tak kunjung membaik.
Ad-Darimi meriwayatkan dari Abdullah bin mas’ud dari Nabi saw:
“ Bacalah Al-Qur’an karena Allah tidak menyiksa hati yang menghayati Al-Qur’an. Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah jamuan Allah, maka siapa yang masuk di dalamnya, dia pun aman. Dan siapa mencintai Al-Qur’an, maka berilah kabar gembira.”
Dari sabda Baginda Rasulullah SAW tersebut, jika kita telusuri lebih dalam lagi, jelaslah sudah bahwa sebenarnya kondisi Indonesia saat ini bukan semata-mata kesalahan dari sistemnya, tetapi ketika kita mau melihat dari sisi yang berbeda letak permasalahan sebenarnya adalah pada moral pejabat bangsa yang jauh dari tuntunan Al-Qur’an. Mereka seolah buta dan tak punya arah, seperti berjalan dalam keadaan gelap gulita. Mereka menyelenggarkan pemerintahan hanya berdasarkan nafsu.
Kenapa demikian? Karena generasi saat ini adalah generasi yang menjadikan Al-Qur'an terlupakan, mereka menghafal huruf-hurufnya, namun tidak memperhatikan ajaran-ajarannya. Mereka tidak mampu berinteraksi secara benar dengannya, tidak memprioritaskan apa yang menjadi prioritas Al-Qur'an dan tidak menganggap besar apa yang dinilai besar oleh Al-Qur'an dan sebaliknya. Generasi saat ini tidak mampu berinteraksi secara baik dengan Al-Qur'an, seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT. Meskipun mereka mengambil berkah dengan membawanya serta menghias dinding-dinding rumah mereka dengan ayat-ayat Al-Qur'an, namun mereka lupa bahwa keberkahan itu terdapat dalam mengikuti dan menjalankan hukum-hukumnya bukan menjadikan ayat-ayat Al-Quran sebagai pajangan semata.
Jika dipertanyakan kembali solusi apa yang paling tepat untuk mengungkap semua tabir dibalik permasalahan bangsa ini, jawabannya yaitu reformasi moral dengan kembali pada Al-Qur’an. Hanya kembali pada petunjuk yang hakiki yang mampu menyelesaikan permasalahan yang sangat kompleks ini, karena pada hakikatnya petunjuk Allah lah yang paling adil. Islam tidak pernah menilai hanya dari salah satu sisi saja, tetapi selalu menilai dari dua sisi yang berbeda. Al-Qur’an mengatur segala segi kehidupan manusia mulai dari yang sangat kecil hingga permasalahan yang sangat besar sekalipun. Dan Al-Quran lah petunjuk pada jalan keselamatan. Seperti firman Allah:
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus."( Al Maaidah: 15-16)
Jelaslah sudah ketika para pejabat negara dan penegak hukum mau kembali kepada Al-Qur’an dan merujuk semua permasalahan pada Al-Qur’an maka tak akan ada pihak yang dirugikan sebab hukum dalam Al-Qur’an tidak pernah membeda-bedakan hukuman antara orang islam dengan orang-orang di luar islam. Hal ini sudah sangat jelas terbukti pada zaman Rasulullah ketika terjadi perselisihan antara umat islam dengan non-islam, betapa adilnya islam mengatur kehidupan ini, sumber segala sumber hukum. Hukum Allah tak akan pernah ada celanya. Hukum yang sempurna yang sudah disampaikan dengan jelas melalui firman-Nya, Karena Allah SWT menurunkan Al-Qur'an untuk memberikan kepada manusia petunjuk menuju tujuan yang paling mulia dan jalan yang paling lurus.
"Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus." (Al-Israa: 9)
Maka ketika Perbaikan ekonomi dan penyelesaian permasalahan bangsa ditempuh dengan keterpaduan antara reformasi moral dan perbaikan sikap para penyelenggara negara menjadi pribadi yang dekat dengan Al-Qur’an, bangsa ini akan menemukan jalan yang terbaik. Karena ketika penyelenggara pemerintahan negara Indonesia selalu merujuk pada Al-Qur’an dalam menyelenggarakan negaranya tidak akan ada keraguan bagi mereka karena Al-Qur’an bertujuan untuk membersihkan jiwa manusia, yang jika jiwa itu telah bersih niscaya bersih dan baiklah seluruh masyarakat. Dan jika jiwa itu rusak, niscaya rusaklah masyarakat seluruhnya
Betapa besar dan luar biasanya peranan Al-Quran dalam memberikan jawaban atas semua permasalahan umat ini, khususnya bangsa Indonesia, maka sudah seharusnya lah kita memahami kembali bahwa yang dituntut saat ini bukan hanya sekedar mengetahui bacaan Al-Quran saja tetapi memahami maknanya. Pada akhirnya, semua akan bermula dengan kesiapan kita untuk memulai. Memulai untuk mengistimewakan dan meletakkan dengan semulia-mulianya Al-Qur’an di hati kita. Kemudian mengistimewakan waktu yang kita miliki untuk membaca dan mengkajinya serta menyampaikannya demi kemaslahatan umat.
Semoga bermanfaat. InsyaAllah
Berbagai upaya mulai dari perbaikan ekonomi dan reformasi birokrasi terus dilakukan. Pergantian sistem, reshuffle kabinet dan pembuatan aturan perundang-undangan baru tak henti-hentinya dirumuskan, namun masih saja belum menemukan titik terang permasalahan bangsa ini. Berbagai sistem pemerintahan negara-negara maju terus dicoba diterapkan, tetapi hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Badai krisis yang menimpa bangsa Indonesia masih tak kunjung berhenti. Krisis yang berkepanjangan dan lambannya pemulihan kondisi ekonomi menunjukan buruknya kondisi negara Indonesia. Tingkat kebocoran dana yang tinggi di kalangan pejabat pun semakin memperparah perekonomian negeri ini. Utang luar negeri yang ditujukan untuk pembangunan memiliki aliran dana yang tidak jelas, sehingga faktanya saat ini setiap bayi yang lahir di Indonesia akan memikul beban utang 7 juta per orang. Kondisi seperti ini akan terus menerus memburuk dan membahayakan bangsa Indonesia sendiri jika tidak segera ditemukan solusinya.
Tidak hanya itu saja, para administrator pemerintahan seolah hanya haus kekuasaan, berebut kursi tetapi tidak tahu apa yang akan mereka lakukan ketika telah menjabat nanti. Padahal Rasulullah telah meninggalkan dua pedoman bagi umat manusia selama menjalani hidupnya
"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya." ( Al Kahfi: 1-3)
Jika kita memahami firman Allah di atas dan kembali melirik kondisi bangsa ini dengan segala problematikanya, seperti ada suatu fakta yang terungkap bahwa wajah suram bangsa ini adalah bentuk kehilangan bangsa Indonesia, dengan mayoritas penduduk muslimnya, dari suatu tuntutan yang mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk. Indonesia seolah tak memiliki panduan yang jelas dalam menjalankan roda pemerintahannya. Segala sistem negara-negara lain dicoba diterapkan, namun hasilnya berbeda dan tak kunjung membaik.
Ad-Darimi meriwayatkan dari Abdullah bin mas’ud dari Nabi saw:
“ Bacalah Al-Qur’an karena Allah tidak menyiksa hati yang menghayati Al-Qur’an. Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah jamuan Allah, maka siapa yang masuk di dalamnya, dia pun aman. Dan siapa mencintai Al-Qur’an, maka berilah kabar gembira.”
Dari sabda Baginda Rasulullah SAW tersebut, jika kita telusuri lebih dalam lagi, jelaslah sudah bahwa sebenarnya kondisi Indonesia saat ini bukan semata-mata kesalahan dari sistemnya, tetapi ketika kita mau melihat dari sisi yang berbeda letak permasalahan sebenarnya adalah pada moral pejabat bangsa yang jauh dari tuntunan Al-Qur’an. Mereka seolah buta dan tak punya arah, seperti berjalan dalam keadaan gelap gulita. Mereka menyelenggarkan pemerintahan hanya berdasarkan nafsu.
Kenapa demikian? Karena generasi saat ini adalah generasi yang menjadikan Al-Qur'an terlupakan, mereka menghafal huruf-hurufnya, namun tidak memperhatikan ajaran-ajarannya. Mereka tidak mampu berinteraksi secara benar dengannya, tidak memprioritaskan apa yang menjadi prioritas Al-Qur'an dan tidak menganggap besar apa yang dinilai besar oleh Al-Qur'an dan sebaliknya. Generasi saat ini tidak mampu berinteraksi secara baik dengan Al-Qur'an, seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT. Meskipun mereka mengambil berkah dengan membawanya serta menghias dinding-dinding rumah mereka dengan ayat-ayat Al-Qur'an, namun mereka lupa bahwa keberkahan itu terdapat dalam mengikuti dan menjalankan hukum-hukumnya bukan menjadikan ayat-ayat Al-Quran sebagai pajangan semata.
Jika dipertanyakan kembali solusi apa yang paling tepat untuk mengungkap semua tabir dibalik permasalahan bangsa ini, jawabannya yaitu reformasi moral dengan kembali pada Al-Qur’an. Hanya kembali pada petunjuk yang hakiki yang mampu menyelesaikan permasalahan yang sangat kompleks ini, karena pada hakikatnya petunjuk Allah lah yang paling adil. Islam tidak pernah menilai hanya dari salah satu sisi saja, tetapi selalu menilai dari dua sisi yang berbeda. Al-Qur’an mengatur segala segi kehidupan manusia mulai dari yang sangat kecil hingga permasalahan yang sangat besar sekalipun. Dan Al-Quran lah petunjuk pada jalan keselamatan. Seperti firman Allah:
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus."( Al Maaidah: 15-16)
Jelaslah sudah ketika para pejabat negara dan penegak hukum mau kembali kepada Al-Qur’an dan merujuk semua permasalahan pada Al-Qur’an maka tak akan ada pihak yang dirugikan sebab hukum dalam Al-Qur’an tidak pernah membeda-bedakan hukuman antara orang islam dengan orang-orang di luar islam. Hal ini sudah sangat jelas terbukti pada zaman Rasulullah ketika terjadi perselisihan antara umat islam dengan non-islam, betapa adilnya islam mengatur kehidupan ini, sumber segala sumber hukum. Hukum Allah tak akan pernah ada celanya. Hukum yang sempurna yang sudah disampaikan dengan jelas melalui firman-Nya, Karena Allah SWT menurunkan Al-Qur'an untuk memberikan kepada manusia petunjuk menuju tujuan yang paling mulia dan jalan yang paling lurus.
"Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus." (Al-Israa: 9)
Maka ketika Perbaikan ekonomi dan penyelesaian permasalahan bangsa ditempuh dengan keterpaduan antara reformasi moral dan perbaikan sikap para penyelenggara negara menjadi pribadi yang dekat dengan Al-Qur’an, bangsa ini akan menemukan jalan yang terbaik. Karena ketika penyelenggara pemerintahan negara Indonesia selalu merujuk pada Al-Qur’an dalam menyelenggarakan negaranya tidak akan ada keraguan bagi mereka karena Al-Qur’an bertujuan untuk membersihkan jiwa manusia, yang jika jiwa itu telah bersih niscaya bersih dan baiklah seluruh masyarakat. Dan jika jiwa itu rusak, niscaya rusaklah masyarakat seluruhnya
Betapa besar dan luar biasanya peranan Al-Quran dalam memberikan jawaban atas semua permasalahan umat ini, khususnya bangsa Indonesia, maka sudah seharusnya lah kita memahami kembali bahwa yang dituntut saat ini bukan hanya sekedar mengetahui bacaan Al-Quran saja tetapi memahami maknanya. Pada akhirnya, semua akan bermula dengan kesiapan kita untuk memulai. Memulai untuk mengistimewakan dan meletakkan dengan semulia-mulianya Al-Qur’an di hati kita. Kemudian mengistimewakan waktu yang kita miliki untuk membaca dan mengkajinya serta menyampaikannya demi kemaslahatan umat.
Semoga bermanfaat. InsyaAllah
Minggu, 25 September 2011
FISIP ISLAMIC FAIR 2011
Asslamualaikum wr.wb
Setelah sukses dengan kegiatan serupa setahun sebelumnya, DKM FISIP UNPAD kembali menggelar FISIP ISLAMIC FAIR (FIF) . Tahun ini FIF 2011 menyelenggarakan beberapa agenda. Pertama yaitu seminar nasional. Kedua yaitu Islamic Gallery yang menampilkan berbagai kegiatan DKM FISIP Unpad, berikut tata cara sholat berjamaah yang benar, pameran keislaman, nasyid, kaligrafi dan masih banyak lagi. Agenda berikutnya yaitu tabligh akbar yang segera akan menyusul tanggal mainnya..hehehe
Seminar nasional kali ini bertemakan tentang “Peranan Parlemen dalam membangun masyarakat Indonesia Madani. Insyaallah akan diadakan hari rabu, 28 September 2011 bertempat di gedung PSBJ Fakultas Sastra Unpad, Jatinangor, mulai pukul 12.00. Adapun para pembicara yaitu Lutfi A. Tamimi (Tokoh internasional pendiri Lembaga Persahabatan Indonesia-Libya, dan direktur majalah Sabili), Muhammad Ismail Yusanto (Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Pusat) dan Prof. Dr. Drs. H. Dede Mariana, M. Si. (Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Unpad) yang ditengahi oleh mantan wakil presiden BEM Unpad periode 2009-2010, Kang Firman Brasanda.
Untuk pemesanan tiket dapat menghubungi Ibnu (085624325490) atau Lulu (085223941714) sudah termasuk sertifikat, goody bag, dan snack. Ayoo buruan beli tikenya, karena peserta dibatasi sebanyak 200 orang.
Wassalam.
Setelah sukses dengan kegiatan serupa setahun sebelumnya, DKM FISIP UNPAD kembali menggelar FISIP ISLAMIC FAIR (FIF) . Tahun ini FIF 2011 menyelenggarakan beberapa agenda. Pertama yaitu seminar nasional. Kedua yaitu Islamic Gallery yang menampilkan berbagai kegiatan DKM FISIP Unpad, berikut tata cara sholat berjamaah yang benar, pameran keislaman, nasyid, kaligrafi dan masih banyak lagi. Agenda berikutnya yaitu tabligh akbar yang segera akan menyusul tanggal mainnya..hehehe
Seminar nasional kali ini bertemakan tentang “Peranan Parlemen dalam membangun masyarakat Indonesia Madani. Insyaallah akan diadakan hari rabu, 28 September 2011 bertempat di gedung PSBJ Fakultas Sastra Unpad, Jatinangor, mulai pukul 12.00. Adapun para pembicara yaitu Lutfi A. Tamimi (Tokoh internasional pendiri Lembaga Persahabatan Indonesia-Libya, dan direktur majalah Sabili), Muhammad Ismail Yusanto (Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Pusat) dan Prof. Dr. Drs. H. Dede Mariana, M. Si. (Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Unpad) yang ditengahi oleh mantan wakil presiden BEM Unpad periode 2009-2010, Kang Firman Brasanda.
Untuk pemesanan tiket dapat menghubungi Ibnu (085624325490) atau Lulu (085223941714) sudah termasuk sertifikat, goody bag, dan snack. Ayoo buruan beli tikenya, karena peserta dibatasi sebanyak 200 orang.
Wassalam.
Selasa, 16 Agustus 2011
kelompok mentoring mahasiswa baru fisip 2011 akhwat
bismillah, teman-teman mahasiswa baru 2011 ada kabar baik ni, terutama untuk akhwat..karena sudah ada daftar kelompok mentoring untuk akhwat, berikut daftarnya. jika ada yang belum terdaftar, dapat menghubungi teh ema (085624680738), terimakasihKaka Mentor: Ema Analisia Rostiana (085624680738)
no nama NPM No Hp
1. Santi Permasih 170110110051 085624666822
2. Syan Puspa Nanda 170110110063 089665896856
3. Nosia Sri astuti 170110110083 085363508484
4. Riana Ayu Saufika 170110110043 085759468115
5. Ravita Kumara 170110110053 085624291708
6. Mutia Yudistira 170110110021 085263052654
7. Citra Wulandari 170110110001 087826425150
8. Silmi layalia Shiyami 170110110091 085624141331
9. Farida Nuranisa jamil 17011011009 085624766157
10. Susan Budiyanti 170110110061 085223430342
Kaka Mentor: Febri Yenni (085669127124)
no nama NPM No Hp
1. Tia Shabrina 170110110037 085720957288
2. Fauzia Ratwini 170110110055 08179091000
3. Eka mega safitri 170110110101 085794777128
4. Trimega Octaviana Mawardi Putri 170110110109 082170470689
5. Mardhiyah 170110110085 082171886350
6. Stefanie Yogiantiningrum 170110110113 08562087722
7. Resdilla Septi 170110110019 085263170720
8. Dina Wulandari 170110110034 085714950818
9. Cucu Cahyati 170110110011 087828600193
10. Dita Ria Dianti 170110110005 085659088970
Kaka Mentor: Sugiasih (085724526208)
no nama NPM No Hp
1. Wika Pratiwi 170110110086 082127718415
2. Anisa Rospita Dewi 170110110048 08988236322
3. Winda Ariyani 170110110016 085221070082
4. Nurul Dian Nitami 170110110006 087724311876
5. Nabila Firdanisa Maharani 170110110092 08561729207
6. Euis Tita Noor sa’adah 170110110012 082118407793
7. Lisma Indrawati Ulpa 170110110076 085323471703
8. Yuni Trisha Mayang sari 170110110112 085695831241
9. Astrid Pratiwi Septiandiani170110110036 087823805003
10.
Kaka Mentor: Nisa Uziyadah (081313323844) & Rini (0813 94534472)
no nama NPM No Hp
1. Intan rachmawatie 170110110088 08568660693
2. Aminatul Munawaroh 170110110018 085266330828
3. Intania Agustin 170110110054 08567154103
4. lestivasari 170110110098 085723093665
5. Isna Putri amaliyah 170110110044 083899123493
6. Dewi Savriani 170110110026 085780409219
7. Putrid Paramita 170110110074 08561663494
8. Karlina Arif W 170110110110 08998954617
9. Malini Anandipa 170110110114 08192490556
10. Febrianti Indah Pratiwi 170110110040 08170166495
Kaka Mentor: Hasrah Juri (081375630568)
no nama NPM No Hp
1. Karina Isna Irawan 170210110055 085722277794
2. Yanti silviana 170210110071 085722268426
3. Carissa Ghassini 170210110031 085249782936
4. Ajanti 170210110037 081288043235
5. Ziya Pranandia 170210110083 082137465341
6. Graety Fitraharani 170210110085 085691445960
7. Puti nuril Komari Badri 170210110047 085764731723
8. Sri maryati 170210110011 082118018659
9. Talitha Anandini 170210110027 085222115301
10. Selma El-Firda Karamy 170210110087 08179966104
Kaka Mentor: Ayu Trie (085759264912)
no nama NPM No Hp
1. Annisa Rizki aulia 170210110017 085739502491
2. Anggika Rahmadiani 170210110035 081805472520
3. Rifana Meika Triskaputri 170210110097 081214363123
4. Sarah Anindita 170210110077 08567802003
5. Nadira Carmelina 170210110121 083872671063
6. Mila Oktaviani 170210110033 085720095278
7. Devita eka sari 170210110043 081808045050
8. Ananda suci Munggaran 170210110029 081322177172
9. Fina Devalentia daud 170210110135 081215452899
10. Rizma Hani Trinidyasari 170210110069 085624793195
Kaka Mentor: Wida Noor Fatwa (085314241808)
no nama NPM No Hp
1. Ika Fitriyana Kusumaningrum 170210110061 085710393783
2. Mela Nurhidayati Syamsiyah 170210110013 085723095321
3. Anggun lazuardi 170210110015 085766103737
4. Heni Sugihartini 170210110005 083827581198
5. Diwintya Fernidyanti 170210110103 085724284517
Kaka Mentor: Veriliani Windiasari
no nama NPM No Hp
1. Imas Nuraeni 170210110014 082116159093
2. Meita Ayu Lestari 170210110062 085720515744
3. Novi Ariyanti 170210110040 085692788034
4. Ariestrya Budiwan 170210110124 08562551369
5. Rizki Amaliyah 170210110132 085719484763
6. Kristanti Handayani 170210110068 08561741171
7. Dyah Ratna Sari 170210110144 083183040391
8. Mira Ardelia Hakim 170210110112 02188882337
9. Maharani chandradewi 170210110042 085695304164
10. Susi Yumna Destiani 170210110010 082135736983
11. Putrid damayanti 170210110046 081910109188
Kaka Mentor: Siti Dwi Aryati (081214037109)
no nama NPM No Hp
1. Nabila Indah sabrina 170210110052 085695860242
2. Nisrina nur’aathif 170210110086 08567369815
3. Amanda Rizqi H 170210110126 085720204858
4. Pertiwi 170210110016 087822732199
5. Aulia Rahmadhiyan 170210110056 085624236383
6. Majma Albahrani 170210110090 085794061405
7. Shafira Utari Rahmadhani 170210110094 085247168236
8. Nadiah Asyifah 170210110098 083829060720
9. Indrita Hendraningtiyas 170210110128 085721854345
10. Ayudhia Putri PS 170210110148 085720065770
11. Marsya Aghnia Firina 170210110100 081394701993
Kaka Mentor: Shofia (085720018228)
No nama NPM No Hp
1. Dwi Putri Apriyan 170310110010 085295338077
2. Dessy Fitri Pratiwi 170310110034 081381315905
3. Intifadah Ummuhanifah 170310110040 083820802104
4. Dian Haerunisa 170310110006 087723470739
5. Yasmin Anwar Putri 170310110042 085721446443
6. Melisa Amalia Amin 170310110078 085274442774
7. Ratna Sari 170310110002 085721626862
8. Puti Halimah 170310110046 085714695264
9. Oktaviani Nindya Putri 170310110030 08568667748
10. Endah puspa Partiwi 170310110008 085295447630
11. Anis Soraya 170310110058 085624714788
12. Adisti Wismani Putri 170310110026 085697690605
Kaka Mentor: Lulu Luthfiyah (085223941714) & Rossi M (0813 68106756)
no nama NPM No Hp
1. Derin Darachita Pradini 170310110028 08567690756
2. Gina Indah Permata Nastia 170310110062 085659135766
3. Fildzah Ainun 170310110054 085722494143
4. tundzirawati 170310110004 083820760128
5. Anita Listtyani 170310110014 08567114340
6. Rizki Bunga Lestari 170310110022 08562121323
7. Shinta Puji Triwanti 170310110076 085722262724
8. Nadira Lubis 170310110072 08569060386
9. Arini Fauziah Al-Haq 170310110012 087725753460
10. Inda Lestari 170310110016 085762077616
11. Rizkia Annisa Frabandani 170310110074 085624912977
12. Andi Rezky Aprilianty Punagi 170310110084 085242719292
Kaka Mentor: Wildan M (087871930437) & Nabilla A (0853 20106119)
no nama NPM No Hp
1. Mamah Halimah 170310110005 082115520891
2. Eka Maulia Agustine 170310110001 085659949755
3. Nurul Fadhilah rezeki 170310110021 089652378221
4. Aziza Trizilvania Amadea 170310110061 085714018959
5. Indira Anindita 170310110063 08567272248
6. Pradini Nur’amalia Arliani 170310110073 087870514492
7. Ajruni Wulandestie Arifin 170310110075 087822712178
8. Adetya Nuzuliani Rahma 170310110017 085624444036
9. Resti Fauziah 170310110027 085720156538
10. Dienna Karimah 170310110069 08579405096
Kaka Mentor: Euis Kamilah (085724935616) & Ayi Sulastri (08132942091)
no nama NPM No Hp
1. Sella Khoirunnisa 170310110055 081369633934
2. Drastri Latifah 170310110039 085793259444
3. Winda marienda 170310110085 085795405864
4. Annisa Nur Fitri 170310110033 085722921818
5. Aulia Rizkyani 170310110079 08988811850
6. Cyntia Saphierina 170310110025 08561474733
7. Yesi Fitriani 170310110007 087724999710
Kaka Mentor: Nisa Nur Islam (085722912664) & Dieny (085793098730)
No Nama No Hp NPM
1. Fadhilah Hanan 081322204545 170410110103
2. Destri Oksa viali 087821698179 170410110099
3. Selvia Yuli C 083813160575 170410110033
4. Hilda Rahmadani 087822576002 170410110023
5. Khaulah Sakinah 085691926648 170410110095
6. Putri Rayustica 085360936596 170410110059`
7. Lia Maulidya Sari 085717205524 170410110089
8. Nisa Lestari Anwar 08561281863 170410110029
9. Miki Yolatrysna 08982618709 170410110021
10. Syifa Nur’aeni 08989846988 170410110061
Kaka Mentor: Cyntia Reidha (085659348339) & Haura (0818979474)
No Nama No Hp NPM
1. Anindia Trijayanti 085780147708 170410110075
2. Alvia Noor Rahmah 08157060661 170410110053
3. Julianiza Sulistiani Putri 085693523759 170410110097
4. Putri Rahayu Pagilaran 087879582638 170410110083
5. Revin Hira Khairinisa 081220706870 170410110025
6. Monica Dian Rahayu 085220653654 170410110001
7. Rifiandri Utami Putri 083892972801 170410110063
8. Alis Sulastri 089656506585 170410110011
9. Alifa Dienat Isdayanti 085624486790 170410110007
10. Safira Ariflia 085717142788 170410110071
Kaka Mentor: Dewi Noor Azijah (082125765492)
No Nama No Hp NPM
1. Rifka Septriani 085363030136 170410110020
2. Mega Ardianni 085659106650 170410110054
3. Nissa Keyssa Sagita 087720932884 170410110096
4. Vinny Junita 081809466066 170410110082
5. Arsyi Dwi Risnidevika 085782093993 170410110076
6. Morina Yosa Darma 085363784270 170410110006
7. Suryani 085720068253 170410110042
8. Annida Amalia Kayungyun 085223029385 170410110010
9. Niken Larasati Kusumah Hapsari 085624204865 170410110006
10. Intan Lestari 085697643387 170410110074
Kaka Mentor: Sarah Az Zahra (085220516234)
No Nama No Hp NPM
1. Sri Mulyati 085795583871 170510110031
2. Putri Kusumaningsih 089638331093 170510110021
3. Nida Tsaura Sjari’ati 085246063664 170510110040
4. Agge Ibrati Shabrina S 083821452562 170510110006
5. Puji Lestari 085222210798 170510110002
6. Miroh Khadijah Nurussuari 081321415337
7. Fitri Maryam 085720405398 170510110005
8. Syifa Anggita Harahap 085793345506 170510110029
9. Widya Febrida 082122547429 170510110036
10. Wiwi Darwati 089655457802 170510110003
11. Dina Fegiyanti 081940016648 170510110009
Kaka Mentor: Alnis Laksmi Karissa (085793009980)
No Nama No Hp NPM
1. Inna Krisna Wardani 087727647111
2. Prima Zianasifa 085697947341 170510110026
3. Asri Dewi Nuraeni 93622299 170510110023
4. Rana Dika Hafidzhah 085721970234 170510110071
5. Asri Aprilani K 087772462869 170510110062
6. Ika Sulistiani 085721877251 170510110066
7. Zahrina Yustisia N 085691081305 170510110027
8. Alivia Chyntia Rianti 085695864881 170510110018
9. Oktaviani Nabila 085220342445 170510110007
10. Lina Indriyani 08977506688 170510110011
Kaka Mentor : Nur Hikmah (085883284800)
No Nama No Hp NPM
1 Khoirotunnisa 08561512906 170710110054
2. Annisa Ivanna M 081375170071 1707100110026
3. Ratna Ayu Harmeinda 081902381831 170710110033
4. Hany Septiniar 087722548537 170710110015
5. Vellioyola Chairunnisa 081313232748 170710110037
6. Aulia Pratiwi 08562203813 170710110025
7. Futrinadia Aviany 082119069693 170710110052
8. Yunita Anindita P 085369099993 170710110048
Kaka Mentor: Mutiara Ikhsani Putri (085263600580)
No Nama No Hp NPM
1 Keukeu Deskha Rizkita 087726015431 170710110038
2. Novia Risky Amalia 085780469993 170710110035
3. Nadia Utami 085715196945 170710110051
4. Deby Fitriani 085694302090 170710110013
5. Riri rianti 087821317960 170710110003
6. Ai Yuli Ristiani 081809504833 170710110009
7. Tita Rohmayanty 085295293864 170710110050
Kaka Mentor: Liah Purniatin (081316519595)
No Nama No Hp NPM
1. Dini Hardianti 085624667030 170610110011
2. Asma Zakiyah 085719021151 170610110069
3. Yesi Nadia Anggraeni 083822283030 170610110013
4. Nurillah jamil A 087812343836 170610110017
5. Afifah thohiroh 083898449623 170610110079
6. Anggun Cornelis 08566581034 170610110053
7. Annisa Ayuta Putri 08990866960 170610110097
8. Sylma Wiesda Aulia 085780234877 170610110103
9. Azhelia kirana 085324421234 170610110037
10. Talina Anindita 085692720556 170610110031
Kaka Mentor: Fadhilah Laiela Al-Mutawakkil (085781148613)
No Nama No Hp NPM
1. Winny Karina Anjani 087822099580 170610110004
2. Annisa Nurfadilah 085715799216 170610110080
3. Hasyyati sharfina 085693741904 170610110064
4. Ray Shita Dessy 085314828725 170610110032
5. Fitriyanti 087827710645 170610110006
6. Noer Amelia Puspa L 085695818967 170610110030
7. Nur Endah Dwi Astuti 081903942984 170610110016
8. Syifa Nurfaridah Jamil 089656508709 170610110048
9. Rizki Oktaria Putri 085694145091 170610110092
10. Fathiyah zahra 085780777881 170610110050
11. Emiri Almira 085722767005 170610110120
Kaka Mentor: Rani Ratnasari (085720129117) & Siti (085794959691)
No Nama No Hp NPM
1. Eneng Rifta Soraya 082117603702 170610110001
2. Nedia Meilani 085722514555 170610110091
3. Dini Andarini Dewi 08562262766 170610110045
4. Azmi fauzia 085624098828 170610110007
5. Tsamaratul qalbi 085753732044 170610110081
6. Geusan annisa Nurrani 085285090855 170610110093
7. Liza Arma Ditri Saragih 085270300750 170610110009
8. Dini Rahmawati 085781639170 170610110089
9. Shinta Wifi Kusumawardani 085710502227 170610110039
10. Gita dwita 085722186633 170610110055
Kaka Mentor: Ainurrahma (085723117015) & Dyah ((085722445463)
No Nama No Hp NPM
1. Windry Maulida 08170104704 170610110086
2. Nabilla dwi inayati 085721386695 170610110044
3. Rd. Marsha Aulia 082115194500 170610110046
4. Amelia indah pricillya 085314128494 170610110026
5. Jena N R 085315031301 170610110010
6. Zikra Alviva 085668926388 170610110102
7. Syifa naufali tresna putri 088218388344 170610110074
8. Nida kamilia khalda 082114138288 170610110094
9. Likma exmar rahayu A 081911756566 170610110008
10. Regita putri hadijah. s 085720004193 170610110022
11. Rezka P Arstana G 082117319513 170610110042
Rabu, 20 Juli 2011
agenda terdekat DKM FISIP Unpad
bismillah,
agenda terdekat kini menyambut ramadhan, akan ada tak'limat khusus sebelum ramadhan datang (Tahu sumedang) 25 juli dan Gebyar Ramadhan dan Kreativitas Islam (Graviti 2011)..be there guys!
marilah kita jadikan sebagai ladang amal,
agenda terdekat kini menyambut ramadhan, akan ada tak'limat khusus sebelum ramadhan datang (Tahu sumedang) 25 juli dan Gebyar Ramadhan dan Kreativitas Islam (Graviti 2011)..be there guys!
marilah kita jadikan sebagai ladang amal,
Kamis, 12 Mei 2011
FISIP ISLAMIC FAIR 2011 " Antara Islam, Sosial, dan Politik"
Asw, ukhuwafillah semua
DKM FISIP UNPAD menyelenggarakan acara FISIP ISLAMIC FAIR (FIF) 2011 " Antara Islam, Sosial, dan Politik"
Tahun ini FIF terdiri dari beberapa rangkaian acara
1. Seminar Nasional " Peran Parlemen Dalam Pembentukan Masyarakat yang Madani"
Rabu, 25 Mei 2011 di Aula PSBJ, Fakultas Sastra Unpad Jatinangor
Pukul : 12.00 WIB - 16.30 WIB
Pembicara : 1. Anis Mata (Anggota DPR RI)
2. Prof. Dr.Drs. H. Dede Maryana, M.Si
(Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Unpad)
HTM : Rp 20.000,- (sertifikat, snack)
Dimeriahkan dengan Nasyid oleh Edcoustic, Dahan, Nanda
2. Lomba Artikel, Poster dan Foto
Tema : Indahnya Berbagi dan Bersilaturahmi Dalam Islam
2. Diskusi Panel
Di Selasar Mushala FISIP Unpad, menghadirkan
"HMI, GMNI, KAMMI, BEM KEMA, dan DKM Unpad"
Kamis, 26 Mei 2011
Pukul 13.00 - 16.00 WIB
Free Snack
3. Khitanan Masal
Sabtu, 28 Mei 2011
Pukul 08.30 - 14.30 WIB
Di Selasar Mushala FISIP Unpad dan Gedung C Lantai 1 FISIP Unpad
Bekerjasama dengan siswa Sekolah FISIP dan TMA (Tim Medik As-Syifa) FK Unpad
Dimohon partisipasinya ya !
Cp : Bas (085224125893)
Ibnu (08561895090)
DKM FISIP UNPAD menyelenggarakan acara FISIP ISLAMIC FAIR (FIF) 2011 " Antara Islam, Sosial, dan Politik"
Tahun ini FIF terdiri dari beberapa rangkaian acara
1. Seminar Nasional " Peran Parlemen Dalam Pembentukan Masyarakat yang Madani"
Rabu, 25 Mei 2011 di Aula PSBJ, Fakultas Sastra Unpad Jatinangor
Pukul : 12.00 WIB - 16.30 WIB
Pembicara : 1. Anis Mata (Anggota DPR RI)
2. Prof. Dr.Drs. H. Dede Maryana, M.Si
(Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Unpad)
HTM : Rp 20.000,- (sertifikat, snack)
Dimeriahkan dengan Nasyid oleh Edcoustic, Dahan, Nanda
2. Lomba Artikel, Poster dan Foto
Tema : Indahnya Berbagi dan Bersilaturahmi Dalam Islam
2. Diskusi Panel
Di Selasar Mushala FISIP Unpad, menghadirkan
"HMI, GMNI, KAMMI, BEM KEMA, dan DKM Unpad"
Kamis, 26 Mei 2011
Pukul 13.00 - 16.00 WIB
Free Snack
3. Khitanan Masal
Sabtu, 28 Mei 2011
Pukul 08.30 - 14.30 WIB
Di Selasar Mushala FISIP Unpad dan Gedung C Lantai 1 FISIP Unpad
Bekerjasama dengan siswa Sekolah FISIP dan TMA (Tim Medik As-Syifa) FK Unpad
Dimohon partisipasinya ya !
Cp : Bas (085224125893)
Ibnu (08561895090)
Jumat, 07 Januari 2011
Menguak Peradaban dan Pengetahuan Islam yang Terbungkam
Dalam sejarah perkembangan keilmuan pada saat ini khususnya ilmu alam dan ilmu sosial. Ada sebuah masa dimana ada missing link antara masa yunani dengan masa renaissance barat. Jika melihat pada kenyataan sejarah, pada masa yang “kosong” tersebut adalah masa kejayaan Islam dimana Islam mampu menyebarkan pengaruhnya yang dimulai dari mekkah dan madinah sampai ke seluruh penjuru bumi. Karya-karya besar seperti karya Ibnu Sina, Ibnu Rusydi, Ibnu Khaldun, seolah-olah terlupakan. Padahal karya-karya tersebut sangat mempengaruhi pemikiran yang dicetuskan oleh Adam Smith, Auguste Comte, dan banyak ilmuwan lainnya.
Menurut Dr.Mumuh Muhsin, hal itu disebabkan oleh umat muslim itu sendiri. “Peradaban dan pengetahuan Islam terbungkam oleh umat Islam itu sendiri” kata Dr. Mumuh pada seminar berlangsung. Hal itu disebabkan kurang sadarnya umat muslim akan potensinya sendiri. Umat Muslim terlalu terbuai dalam kenikmatan-kenikmatan duniawi yang sifatnya sementara. Sementara Dr.Atip pada seminar kali ini, mengatakan bahwa Islam itu adalah pembawa perubahan menuju ke arah yang lebih baik. “Mina dzulumati ilanuur” Yang artinya Dari kegelapan menjadi penerangan. Makna hijrah yang telah dilaksanakan rasulullah merupakan makna yang cukup krusial. Islam membawa perubahan yang cukup signifikan dalam peradaban di dunia ini. Sesuai perkataan Bernard Lewis, renaissance di Eropa tidak mungkin terjadi tanpa sumbangsih pemikiran Islam. Umat Islam harus berhijrah demi mencapai kemajuannya kembali yaitu dengan mengubah mentalitas umat Islam yang sebelumnya selalu berkonflik menjadi umat yang bekerjasama dan yang sebelumnya pecundang menjadi pemenang.
Hal tersebut dapat dilakukan oleh para mahasiswa sebagai agen perubahan. Pembicara ketiga yaitu Kang Eko Kurnia Saputra menambahkan tips-tips untuk menjadi mahasiswa yang dapat mengubah nasib umat muslim khususnya ketika berperan sebagai mahasiswa. Tips-tipsnya adalah religious activity, menjalankan aktivitas-aktivitas ritual keagamaan yang maknanya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Academic excellent, yaitu berprestasi dalam bidang hal akademik sesuai dengan amanah orang tua untuk berprestasi dalam hal akademik. Hal yang ketiga adalah bekerja keras, yakni mengerjakan sebuah hal yang positif dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Tips yang terakhir adalah berinteraksi dengan lingkungan sekitar, yakni melatih kepekaan sosial dan saling tolong menolong antar sesama. Dengan dilakukannya hal-hal tersebut maka peradaban Islam dapat dipayakan untuk bangkit kembali. (Affabile Rifawan HI 2008, dalam Seminar Islam 10 Desember 2010)
Menurut Dr.Mumuh Muhsin, hal itu disebabkan oleh umat muslim itu sendiri. “Peradaban dan pengetahuan Islam terbungkam oleh umat Islam itu sendiri” kata Dr. Mumuh pada seminar berlangsung. Hal itu disebabkan kurang sadarnya umat muslim akan potensinya sendiri. Umat Muslim terlalu terbuai dalam kenikmatan-kenikmatan duniawi yang sifatnya sementara. Sementara Dr.Atip pada seminar kali ini, mengatakan bahwa Islam itu adalah pembawa perubahan menuju ke arah yang lebih baik. “Mina dzulumati ilanuur” Yang artinya Dari kegelapan menjadi penerangan. Makna hijrah yang telah dilaksanakan rasulullah merupakan makna yang cukup krusial. Islam membawa perubahan yang cukup signifikan dalam peradaban di dunia ini. Sesuai perkataan Bernard Lewis, renaissance di Eropa tidak mungkin terjadi tanpa sumbangsih pemikiran Islam. Umat Islam harus berhijrah demi mencapai kemajuannya kembali yaitu dengan mengubah mentalitas umat Islam yang sebelumnya selalu berkonflik menjadi umat yang bekerjasama dan yang sebelumnya pecundang menjadi pemenang.
Hal tersebut dapat dilakukan oleh para mahasiswa sebagai agen perubahan. Pembicara ketiga yaitu Kang Eko Kurnia Saputra menambahkan tips-tips untuk menjadi mahasiswa yang dapat mengubah nasib umat muslim khususnya ketika berperan sebagai mahasiswa. Tips-tipsnya adalah religious activity, menjalankan aktivitas-aktivitas ritual keagamaan yang maknanya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Academic excellent, yaitu berprestasi dalam bidang hal akademik sesuai dengan amanah orang tua untuk berprestasi dalam hal akademik. Hal yang ketiga adalah bekerja keras, yakni mengerjakan sebuah hal yang positif dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Tips yang terakhir adalah berinteraksi dengan lingkungan sekitar, yakni melatih kepekaan sosial dan saling tolong menolong antar sesama. Dengan dilakukannya hal-hal tersebut maka peradaban Islam dapat dipayakan untuk bangkit kembali. (Affabile Rifawan HI 2008, dalam Seminar Islam 10 Desember 2010)
Langganan:
Postingan (Atom)