Pages

Ads 468x60px

Rabu, 10 April 2013

[KAISAR] SANG PEMBEBAS



Alhamdulillah itu lah ucapan pertama saya ucapkan. Akhirnya kami akan memulai membuat blog aktif kembali \(‘o’)/. Untuk yang paling pertama akan kami tulis di dalam blog DKM FISIP UNPAD ini mengenai Sang Pembebasan. Jujur saya sedikit kaget mendengar tema KAISAR pada hari Selasa, 2 April yang diberikan oleh Departemen Syiar dan Dakwah. Tapi pada saat saya membaca serangkaian kata dibawah kata “Sang Pembebas.” Akhirnya saya bisa mengganggukkan kepala.
Mengubah Keadaan Sebuah Masyarakat Jahiliyah Menjadi Sebuah Peradaban Tertinggi Umat Manusia.

Menurut pembicara, ini merupakan tema kajian yang klasik tapi sangat menarik. Hmm.. SETUJU. Tapi apa yang ada dipikiran kalian ketika mendengar Masyarakat Jahiliyah? Kebodohankah atau  mungkin kegelapan? Masyarakat Jahiliyah bukan masyarakat yang bodoh dalam hal ilmu pengetahuan tapi lebih ke dalam kegelapan dalam hal moral. Pada saat islam masuk semua berkembang baik dalam ilmu pengetahuan maupun dalam hal moral dan menjadikannya sebuah peradaban tertinggi.

Jadi apa rahasia perubahan keadaan masyarakat jahiliyah menjadi sebuah peradaban tertinggi? Jawabannya sederhana yaitu akhlakul karimah atau akhlak yang baik. Dengan jawaban tersebut peradaban Islam pernah menguasai 2/3 dunia. Siapa yang melakukannya? Tentu saja Rasulullah kita yaitu Nabi Muhammad SAW.

Dalam kesempatan ini kami dapat mengundang Kang Fahrurozi atau biasa disapa Kang Fahru sebagain pembicara. Dengan tegas Kang Fahru menjelaskan inti pembahasan tema yang diberikan, yaitu meneladani sifat Rasul. Kita tentu tahu sifat-sifat Rasul yaitu Siddiq yang berarti benar dalam tutur kata mau pun tingkah laku. Amanah yang artinya benar-benar percaya, apa pun yang beliau ucapkan, penduduk Mekkah mempercayai karena beliau bukanlah orang yang pembohong. Tabligh memiliki arti menyampaikan, segala firman Allah yang ditunjukan manusia disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski pun itu hal yang menyinggung Rasulullah. Kita mengetahui sifat Rasul tanpa adanya implementasi. Padahal Allah sudah memerintahkan kita untuk melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Rasul dan menjauhi apa-apa yang di larang Rasul.


Pada awal kajian, salah satu alumni Kaesejahteraan Sosial FISIP UNPAD angkatan 2005 ini memberikan sebuah pertanyaan yang menarik. Sebenarnya apa hukum meneladani Rasul?
a.       Pilihan
b.      Keharusan
c.       Kewajiban
d.      Kebutuhan

Dalam Q.S Al-Hasyr : 7  Allah berfirman “..Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah..” selain itu juga dalam Q.S Al-Ahzab : 21 ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Jadi, apa jawaban dari pertanyaan Kang Fahru? Ternyata jawabannya benar semua. Kalau begitu seharusnya ada pilihan ganda e. Benar semua. Nah, kenapa jawabannya benar semua? Pertama pilihan, untuk melakukan sesuatu hal manusia selalu dihadapkan sebuah pilihan atau biasa disebut ranah ikhtiar. Faktanya ada manusia yang meneladani Rasul dan tidak. Selain itu ada yang rajin dan patur mengikuti ajaran Rasul ada juga yang malah menjauhi apa yang dicontohkan Rasul. Jawaban lainnya adalah keharusan dan kewajiban, dari sisi Al-qur’an dan Hadits banyak sekali menjelaskan keharusan bahkan kewajiban untuk meneladani Rasul.

Terakhir, meneladani Rasul merupakan kebutuhan. Kang Fahri memberikan penjelasan dalam kebutuhan dengan sebuah anomali antara teori dan praktik selain itu juga konsep dan realita di dalam kondisi kaum muslim. Di dalam konsep, tidak ada agama yang lebih tinggi dan sempurna selain Islam. Paling jelasnya saja, Islam mengatur semua aspek dari hal kecil sampai hal yang besar. Sedangkan dalam realita kondisi kaum muslim sangatlah miris. Bayangkan saja bagi para ikhwan yang berjenggot dan memakai baju koko atau akhwat yang memakai gamis dan cadar disebut sebagai teroris.

Negara Arab itu merupakan negara dengan kondisi kering kerontang. Disanalah Islam tumbuh. Dalam masa keyaan Islam negara dengan kondisi ekstrim tersebut tidak ada yang menerima zakat. Bahkan selama 13 tahun hanya terdapat 1.200 kasus kriminal. Saat ini, di Asia Tenggara 300 pemerkosaan terjadi per menitnya sedangkan di dunia terdapat kasus pelecehan wanita 10.000 kasus/menit. Satu kata yang saya simpulkan, miris. Maka dari itu kita sangat memerlukannya, disisi lain juga kita butuh untuk meneladani Rasul.

Suasana peserta KAISAR

Dalam praktik butuh proses untuk meneladani Rasul. Pertama kita harus mengenal dulu rasul, kedua memahami ajaran Rasul, ketiga setelah kita mengenal dan memahami Rasul maka akan tumbuh rasa cinta, terakhir secara otomatis akan meladeni Rasul.

Dalam Hadits yang diriwayatkan al-Bukhari, Imam Muslim , al-Nasa’i “Tidak beriman salah seorang di antara kamu sekalian sebelum aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya, dan semua manusia.” (HR. al-Bukhari, Muslim, dan al-Nasa’i).

Paling sederhana proses yang kita lakukan yaitu mengenal Rasul dengan tahu kapan beliau lahir, sejarah kehidupannya, bahkan sampai tahu berapa jumah pasti istri Rasul. Karena untuk mencapai proses meneladani Rasul kita harus tahu luar dalam mengenai Rasul. Dulu sahabat Rasul berani berkorban demi keselamatan Rasul. Bagaimana dengan sekarang? Bahkan Rasul pernah mengatakan keadaan kaum muslim saat ini, bagaikan buih di lautan yang berarti banyak kaum muslim tapi tidak ada artinya. Kita bisa lihat kasus film The Innocent of Moeslim apa yang terjadi? Semua umat muslim memang marah tapi lama kelamaan hal itu malah menguap seiring dengan makin tersebarnya film tersebut. Seolah-olah cinta kita terhadap Rasul hanya bersifat simbolik tidak mengakar.


Hehe.. ^^v

Tidak hanya kajian tapi juga harus ada implementasinya dalam meneladani Rasul, terdapat dua hal untuk mengimplementasikannya, yaitu dimensi personal dan sosial. Di dalam dimensi pertama, implementasi tersebut berupa ibadah, mengerjakan ibadah harus sesuai dengan hal yang dicontohkan Rasul. Akhlak, Rasul mengajarkan Akhlakul Karimah dengan standar yang dilakukan Rasul bukan standar manusia dengan standar perasaan.

Benci menurut Rasul tidak hanya bersifat negatif tapi bisa juga bersifat positif. Kita boleh bahkan harus membenci kaum yang memerangi agama Islam bukannya sesama kaum muslim. Bahkan Rasul pun mengajarkan jujur tidak selamanya baik, ketika kita dalam keadaan perang jujur pada musuh merupakan hal yang dilarang. Jika mengikuti standar manusia atau standar perasaan akan menjadi bias.

Selain ibadah dan akhlak, dalam dimensi personal Rasul juga mengajarkan tata cara dalam berpakaian dan juga dalam hal makan dan minum. Menutup aurat itu wajib tapi jika kita mengandalkan perasaan, banyak muslim yang dianjurkan untuk menutup aurat memberi alasan belum siap. Sedangkan dalam makanan dan minuman, Rasul sudah sangat jelas memberikan contoh yang baik.
Dalam dimensi sosial dibagi dua hal yaitu muamalat dan hukum. Dalam muamalat yang berarti berinteraksi sosial. Rasul memberikan contoh untuk memperlakukan manusia dan makluk lain. Bahkan Islam mengajarkan bagaimana memperlakukan atau merawat kucing. Selain itu, Islam mencontohkan dalam hal ekonomi, berupa jual-beli atau perbankan. Bahkan dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan, Rasul memberikan arti apa itu halwat dan lain-lain.

Saat ini hukum disimbolkan sebagai ‘pisau’ yang tumpul diatas tapi tajam dibawah. Pada saat hukum Islam contohnya saja mencuri dan mendapatkan hukuman dipotong tangannya. Tidak ada lagi yang berani memcuri. Kalau sekarang? Hari ini mencuri sandal besok mungkin mencuri ayam. Bahkan para pelayan publik mencuri uang negara. Hal ini membuat membuat hukum tidak lagi dipercaya oleh masyarakat.

Oleh karena itu mari kita implementasikan akhlak yang dicontohkan atau diajarkan Rasul. :)

 

Blogger news

Blogroll

About