Indonesia, bangsa yang telah 66 tahun lalu menyatakan kemerdekaannya, masih saja berada dalam kungkungan ketimpangan ekonomi yang tak pernah selesai, bagaikan benang kusut yang tak berujung. Padahal setiap tahunnya selalu ada lulusan – lulusan terbaik yang terus mencetak prestasi dalam menemukan suatu pemikiran baru yang menakjubkan dan layak diacungi jempol. Tetapi kenapa Indonesia seolah masih tak menemukan jawaban atas segala problematikanya? Apa makna kemerdekaan yang selama ini telah dielu-elukan?
Berbagai upaya mulai dari perbaikan ekonomi dan reformasi birokrasi terus dilakukan. Pergantian sistem, reshuffle kabinet dan pembuatan aturan perundang-undangan baru tak henti-hentinya dirumuskan, namun masih saja belum menemukan titik terang permasalahan bangsa ini. Berbagai sistem pemerintahan negara-negara maju terus dicoba diterapkan, tetapi hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Badai krisis yang menimpa bangsa Indonesia masih tak kunjung berhenti. Krisis yang berkepanjangan dan lambannya pemulihan kondisi ekonomi menunjukan buruknya kondisi negara Indonesia. Tingkat kebocoran dana yang tinggi di kalangan pejabat pun semakin memperparah perekonomian negeri ini. Utang luar negeri yang ditujukan untuk pembangunan memiliki aliran dana yang tidak jelas, sehingga faktanya saat ini setiap bayi yang lahir di Indonesia akan memikul beban utang 7 juta per orang. Kondisi seperti ini akan terus menerus memburuk dan membahayakan bangsa Indonesia sendiri jika tidak segera ditemukan solusinya.
Tidak hanya itu saja, para administrator pemerintahan seolah hanya haus kekuasaan, berebut kursi tetapi tidak tahu apa yang akan mereka lakukan ketika telah menjabat nanti. Padahal Rasulullah telah meninggalkan dua pedoman bagi umat manusia selama menjalani hidupnya
"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya." ( Al Kahfi: 1-3)
Jika kita memahami firman Allah di atas dan kembali melirik kondisi bangsa ini dengan segala problematikanya, seperti ada suatu fakta yang terungkap bahwa wajah suram bangsa ini adalah bentuk kehilangan bangsa Indonesia, dengan mayoritas penduduk muslimnya, dari suatu tuntutan yang mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk. Indonesia seolah tak memiliki panduan yang jelas dalam menjalankan roda pemerintahannya. Segala sistem negara-negara lain dicoba diterapkan, namun hasilnya berbeda dan tak kunjung membaik.
Ad-Darimi meriwayatkan dari Abdullah bin mas’ud dari Nabi saw:
“ Bacalah Al-Qur’an karena Allah tidak menyiksa hati yang menghayati Al-Qur’an. Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah jamuan Allah, maka siapa yang masuk di dalamnya, dia pun aman. Dan siapa mencintai Al-Qur’an, maka berilah kabar gembira.”
Dari sabda Baginda Rasulullah SAW tersebut, jika kita telusuri lebih dalam lagi, jelaslah sudah bahwa sebenarnya kondisi Indonesia saat ini bukan semata-mata kesalahan dari sistemnya, tetapi ketika kita mau melihat dari sisi yang berbeda letak permasalahan sebenarnya adalah pada moral pejabat bangsa yang jauh dari tuntunan Al-Qur’an. Mereka seolah buta dan tak punya arah, seperti berjalan dalam keadaan gelap gulita. Mereka menyelenggarkan pemerintahan hanya berdasarkan nafsu.
Kenapa demikian? Karena generasi saat ini adalah generasi yang menjadikan Al-Qur'an terlupakan, mereka menghafal huruf-hurufnya, namun tidak memperhatikan ajaran-ajarannya. Mereka tidak mampu berinteraksi secara benar dengannya, tidak memprioritaskan apa yang menjadi prioritas Al-Qur'an dan tidak menganggap besar apa yang dinilai besar oleh Al-Qur'an dan sebaliknya. Generasi saat ini tidak mampu berinteraksi secara baik dengan Al-Qur'an, seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT. Meskipun mereka mengambil berkah dengan membawanya serta menghias dinding-dinding rumah mereka dengan ayat-ayat Al-Qur'an, namun mereka lupa bahwa keberkahan itu terdapat dalam mengikuti dan menjalankan hukum-hukumnya bukan menjadikan ayat-ayat Al-Quran sebagai pajangan semata.
Jika dipertanyakan kembali solusi apa yang paling tepat untuk mengungkap semua tabir dibalik permasalahan bangsa ini, jawabannya yaitu reformasi moral dengan kembali pada Al-Qur’an. Hanya kembali pada petunjuk yang hakiki yang mampu menyelesaikan permasalahan yang sangat kompleks ini, karena pada hakikatnya petunjuk Allah lah yang paling adil. Islam tidak pernah menilai hanya dari salah satu sisi saja, tetapi selalu menilai dari dua sisi yang berbeda. Al-Qur’an mengatur segala segi kehidupan manusia mulai dari yang sangat kecil hingga permasalahan yang sangat besar sekalipun. Dan Al-Quran lah petunjuk pada jalan keselamatan. Seperti firman Allah:
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus."( Al Maaidah: 15-16)
Jelaslah sudah ketika para pejabat negara dan penegak hukum mau kembali kepada Al-Qur’an dan merujuk semua permasalahan pada Al-Qur’an maka tak akan ada pihak yang dirugikan sebab hukum dalam Al-Qur’an tidak pernah membeda-bedakan hukuman antara orang islam dengan orang-orang di luar islam. Hal ini sudah sangat jelas terbukti pada zaman Rasulullah ketika terjadi perselisihan antara umat islam dengan non-islam, betapa adilnya islam mengatur kehidupan ini, sumber segala sumber hukum. Hukum Allah tak akan pernah ada celanya. Hukum yang sempurna yang sudah disampaikan dengan jelas melalui firman-Nya, Karena Allah SWT menurunkan Al-Qur'an untuk memberikan kepada manusia petunjuk menuju tujuan yang paling mulia dan jalan yang paling lurus.
"Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus." (Al-Israa: 9)
Maka ketika Perbaikan ekonomi dan penyelesaian permasalahan bangsa ditempuh dengan keterpaduan antara reformasi moral dan perbaikan sikap para penyelenggara negara menjadi pribadi yang dekat dengan Al-Qur’an, bangsa ini akan menemukan jalan yang terbaik. Karena ketika penyelenggara pemerintahan negara Indonesia selalu merujuk pada Al-Qur’an dalam menyelenggarakan negaranya tidak akan ada keraguan bagi mereka karena Al-Qur’an bertujuan untuk membersihkan jiwa manusia, yang jika jiwa itu telah bersih niscaya bersih dan baiklah seluruh masyarakat. Dan jika jiwa itu rusak, niscaya rusaklah masyarakat seluruhnya
Betapa besar dan luar biasanya peranan Al-Quran dalam memberikan jawaban atas semua permasalahan umat ini, khususnya bangsa Indonesia, maka sudah seharusnya lah kita memahami kembali bahwa yang dituntut saat ini bukan hanya sekedar mengetahui bacaan Al-Quran saja tetapi memahami maknanya. Pada akhirnya, semua akan bermula dengan kesiapan kita untuk memulai. Memulai untuk mengistimewakan dan meletakkan dengan semulia-mulianya Al-Qur’an di hati kita. Kemudian mengistimewakan waktu yang kita miliki untuk membaca dan mengkajinya serta menyampaikannya demi kemaslahatan umat.
Semoga bermanfaat. InsyaAllah
Langganan:
Postingan (Atom)